Kamis, 16 Januari 2014

Budidaya Bandeng Di Karamba Jaring Apung (KJA) Laut


Budidaya bandeng di keramba jaring apung (KJA) tidak memerlukan pengolahan tanah, tidak membutuhkan lahan yang luas, jumlah dan mutu air selalu memadai, dapat diterapkan padat penebaran tinggi, mudahnya pengendalian gangguan predator dan pemanenannya pun mudah.
Budidaya bandeng di KJA belakangan baru mulai berkembang. Sebelumnya, pemeliharaan bandeng banyak dilakukan di tambak. Usaha pembesaran bandeng di KJA dapat ditujukan untuk produksi umpan (dalam penangkapan ikan tuna dan cakalang), untuk konsumsi langsung, untuk ekspor dan untuk induk. Prinsip pengelolaan masing-masing sistem relatif sama. Perbedaannya hanya pada padat tebar, lama pemeliharaan dan ukuran panen.
Penebaran dan Padat tebarDalam kegiatan pembesaran, baik untuk memproduksi bandeng ukuran umpan, untuk konsumsi langsung maupun untuk ekspor, padat penebaran benih yang digunakan sebaiknya dalam ukuran gelondongan dengan berat 50 g dan panjang 7 - 10 cm. Seleksi perlu dilakukan sebelum benih ditebarkan ke dalam KJA sehingga diperoleh benih yang sehat dan seragam. Padat penebaran optimal gelondongan bandeng dalam KJA adalah 500 ekor/m3 dengan perkiraan tingkat kematian mencapai 10 %. Sebelum ditebarkan benih perlu diadaptasikan ke dalam kondisi lingkungan perairan budidaya terhadap salinitas maupun suhu. Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 06.00-08.00 atau 19.00-20.00 untuk menghindari stres terhadap ikan akibat perubahan kondisi lingkungan perairan.
Padat tebar sangat dipengaruhi ukuran ikan dan luas wadah budidaya. Selain itu, sifat perenang cepat dan melawan arus juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan kepadatan. Dan kepadatan mempengaruhi pemanfaatan ruang gerak, peluang mendapatkan pakan serta kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut. Dalam kondisi ikan berjejal, persaingan penggunaan oksigen terlarut sangat tinggi terutama pada malam hari di saat arus tenang sehingga penurunan oksigen terlarut cukup drastis. Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang ditebari 750 ikan/m3 dapat mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut terendah yang terjadi di malam hari.
Pemeliharaan ikan bandeng di KJA, seluruhnya mengandalkan pakan buatan. Karena itu, teknik, jumlah, waktu dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan dengan cermat. Umumnya pakan diberikan sebanyak 5 - 10 % dari total berat ikan per hari dengan metode satiasi (sekitar 90 % ikan dalam kondisi kenyang). Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut terendah), atau di saat arus sangat lemah, sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pagi antara pukul 07.00-08.00, siang antara 11.00-12.00 dan sore sekitar pukul 16.00-17.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang, karena pada saat pemberian pakan, bandeng bergerak aktif berebutan sehingga menimbulkan gerakan arus air dalam KJA.
Pertumbuhan ikan perlu dipantau tiap 2 minggu sekali untuk memperoleh data dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta mengevaluasi perkembangan bobot dan kesehatan ikan peliharaan. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50 ekor yang diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan terhadap sampel yang telah dibius dengan phenoxy ethanol 200-225 ppm.
Bandeng Super untuk Ekspor dan Induk
Pemanenan dilakukan bila ukuran bandeng yang hendak diproduksi telah tercapai. Untuk memproduksi bandeng super tujuan ekspor (500-1.000 g/ekor) dibutuhkan waktu pemeliharaan 4-5 bulan. Sedangkan untuk memproduksi bandeng super tujuan induk (4 kg/ekor) pemeliharaan dilakukan sekitar 3 tahun.
Waktu pemeliharaan untuk memproduksi induk bandeng dapat diperpendek bila ukuran bandeng yang ditebar lebih besar (1.000g/ekor). Ikan bandeng berukuran 1.000 g/ekor ditebar dengan kepadatan 4-5 ekor/m3. Pakan yang diberikan kepada bandeng ukuran 1.000 g sebanyak 3 % bobot biomassa per hari, diberikan tiga kali. Lama pemeliharaan 24 bulan (2 tahun), ikan dapat mencapai ukuran 4 kg/ekor dengan rata-rata panjang cagak 60 cm.
Induk bandeng yang diproduksi di KJA memiliki penampilan lebih bersih, sisik mengkilap kehitaman, vitalitas tubuh lebih baik, waktu untuk pulih kembali ke kondisi normal terutama tanggap terhadap pakan buatan sekitar 3-5 hari, lebih cepat dibandingkan dengan induk yang berasal dari tambak (Rachmansyah dan Usman, 1998).
Perawatan Wadah
Pada pemeliharaan bandeng di KJA, perawatan wadah budidaya dan pengelolaan kualitas air di dalam KJA sebaiknya dikontrol setiap hari. Kerusakan sedikit pun harus segera diperbaiki terutama yang berhubungan tali ikatan. Pelampung dan keramba sering ditempeli organisme penempel (biofouling) seperti teritip, rumput laut, kerang-kerangan, karang lunak, moluska, beberapa jenis alga dan makro zoobenthos. Tertutupnya lubang mata jaring dapat mengurangi kecepatan arus air sehingga memperburuk kualitas air akibat sirkulasi kurang lancar. Penempelan jasad penempel dapat dicegah dengan cara mekanik yaitu dengan penyikatan, pengikisan dan penyemprotan jaring secara berbeda.
Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=15&aid=1426

Tidak ada komentar:

Posting Komentar