Selasa, 12 Februari 2013

ATASI MASALAH PENDIDIKAN NELAYAN, KKP KEMBALI DIRIKAN SEKOLAH LAPANG


KKP NEWS || Stigma negatif nelayan hingga kini memang belum sepenuhnya hilang. Kondisi serba kekurangan baik secara ekonomi maupun tingkat pendidikan selalu melekat dalam diri masyarakat pesisir tersebut. Bahkan lebih ironis lagi, kondisi ini seolah membelenggu nelayan yang berujung dengan terjadinya kemiskinan struktural. Kemiskinan yang akan terus lahir dari pola dan struktur kehidupan masyarakat nelayan itu sendiri.
Masalah krusial tersebut, kini mulai terurai sedikit demi sedikit. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP), telah melakukan beberapa program pendidikan khusus untuk nelayan.  Sejak berdirinya KKP, kementerian ini telah membangun lembaga pendidikan formal dari tingkat pendidikan  SLTA khusus perikanan, Akademi Perikanan hingga Sekolah Tinggi Perikanan. “Pendidikan memang salah satu cara yang bisa memutus rantai kemiskinan. Walaupun proses transformasi menuju nelayan modern memang tidak mudah tetapi bisa dilakukan. Yakni, melalui pendidikan dan pelatihan. Program utama pendidikan yang dikembangkan KKP berupa closed loop and teaching factory,” jelas Syarief Widjaja, Kepala BPSDMKP.
Syarief menjelaskan, disebut closed loop karena pendidikan ini dari nelayan ke nelayan. Sedangkan segmen pendidikan ini khusus ditujukan pada anak nelayan dengan komposisi peruntukan 40%  untuk anak nelayan atau pembudidaya, 40% masyarakat umum dan 20% mitra. Pendidikan yang disediakan berupa Sekolah Menegah Usaha Perikanan (SUPM) dan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) yang bebas biaya serta disediakan asrama sebagai tempat tinggal para pelajar. “Sementara itu, untuk konsep teaching factory adalah sekolah dengan pola bekerja sekaligus belajar. Diantaranya, siswa didik langsung bekerja di pabrik perikanan tangkap untuk mendapatkan teori pembelajaran,” ujarnya.


SEKOLAH LAPANG
 
Syarief mengakui, untuk mengajak anak-anak nelayan bisa mengikuti pelajaran khususnya sekolah dasar memang tidak mudah. Selain masalah ketertinggalan pengetahuan, mereka juga sibuk bekerja mengikuti orang tua mereka. Bahkan tidak sedikit anak nelayan lebih banyak waktunya tersita untuk melaut. “Untuk menjaring anak-anak nelayan ini bisa tetap sekolah, KKP mengadakan program sekolah lapang. Sekolah lapang selain waktu belajarnya disesuaikan jadwal anak, kurikulumnya juga disesuaikan dengan materi yang mudah mereka tangkap,” jelasnya.
 
Menurut Syarief, Sekolah lapang bertujuan menjaring anak putus sekolah agar mendapatkan ijazah setara SMP sehingga bisa melanjutkan ke SUPM. Sekolah ini setara dengan program kerja paket A atau kejar Paket B. Bedanya, sekolah lapang ditambah dengan pelajaran yang banyak berhubungan dengan materi kelautan dan perikanan. “Untuk program tahun 2012, KKP telah mendirikan sekolah lapang di empat lokasi. Yaitu  di kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, Cilacap Jawa Tengah, Belawan Sumatera Utara dan Kupang NTT,” paparnya.
 
Ditambahkan, untuk tahun 2013, KKP akan mendirikan sekolah lapang di 10 lokasi. Daerah yang terpilih diprioritaskan merupakan wilayah dengan konsentrasi kepadatan nelayan cukup tinggi. Diantaranya, wilayah Kepulauan Riau, Sibolga, tegal, Pontianak, Bitung Sulawesi Utara, Ambon, Sorong serta Lombok Timur NTB. “Pendirian sekolah lapang memang sangat mendesak untuk mengatasi kesenjangan pendidikan. Dan program ini cukup positif mendapat tanggapan dari masyarakat, bahkan ada yayasan yang membantu beasiswa untuk anak didik,” katanya.

Sumber : 
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8579/ATASI-MASALAH-PENDIDIKAN-NELAYAN-KKP-KEMBALI-DIRIKAN-SEKOLAH-LAPANG/?category_id=2

Senin, 11 Februari 2013

15 Ton Ikan Kering dari Pekalongan Jawa Tengah Telah Diekspor ke Colombo Srilanka


Kota Pekalongan yang terkenal dengan kekayaan hasil lautnya, kini patut berbangga, karena bukan saja sebagai pemasok ikan untuk dalam negeri, namun sekarang target pasarnya telah meluas ke berbagai Negara, salah satu contohnya pada tanggal 16 Januari 2013, sebanyak 15 ton ikan kering dari berbagai jenis mulai dari jenis ikan tenggiri, zero(lemuru), hingga tongkol telah dikirim ke Colombo Srilanka guna memenuhi permintaan konsumen. 
 
Meski cuaca yang buruk dan banjir yang menggenangi sebagian kawasan kota Pekalongan, tidak menyurutkan niat Ibu Nur Hidayatul Khosyi’ah, pemilik UD Hasil Tiga Mulia untuk tetap mengeksporikan kering tersebut. 
 
Beliau menambahkan bahwa cukup terkendala pada masalahpermodalan, pengepakan yang membutuhkan mesin press, karena masih menggunakan system manual bukan mesin. Pesanan juga tidak hanya untuk ikan kering saja, namun di beberapa Negara banyak konsumen yang memesan ikan segar, namun hal itu juga merupakan salah satu kendala dikarenakan tidak adanya cold storage yang dapat membuat ikan tahan lama dan dapat digunakan untuk menyimpan bahan baku di saat para nelayan tidak bisa mencari ikan dikarenakan cuaca buruk. Pengiriman ikan kering yang bernilai sekitar 160 juta rupiah ke Colombo Srilanka diperkirakan memerlukan waktu sekitar 20 hari, dengan menggunakan truck container yang memiliki sirkulasi udara sehingga kualitas ikan kering masih dapat terjaga. (Humas PPN Pekalongan).
Sumber : 
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8552/15-Ton-Ikan-Kering-dari-Pekalongan-Jawa-Tengah-Telah-Diekspor-ke-Colombo-Srilanka/?category_id=91

Minggu, 06 Januari 2013

Nelayan Dapat Bantuan Kapal



Bantuan untuk pemberdayaan nelayan di jakarta utara(jakut) terus bergulir. Baik itu dari pemerintah pusat maupun provinsi. seperti bantuan jaring nelayan. beras dan sebagainya. ataupun bantuan kapal. hal itu disambut positif ketua DPD Himpunan Nelayan seluruh indonesia(HNSI) DKI jakarta Yan Winata. pasalnya bisa membantu nelayan di tengah kondisi cuaca ekstrem.

"Bantuan itu bagus bisa membantu permasalahan yang dihadapi nelayan. Namun kami sarankan, misalnya jika ada bantuan kapal nelayan hendaknya dilibatkan.Diajak bicara nelayannya. jangan tahu-tahu nanti ada bantuan kapal," sarannya. beberapa waktu lalu."Hal itu biar kapal yang diberikan memang sesuaikebutuhan buat nelayan," imbuhnya .

Yan mengatakan, kapal bantuan jika tidak sesuai kebutuhan nelayan bisa mubazir . Lebih sering diparkir di dermaga ketimbang digunakan."Untuk nangkap ikan itukan beda dengan kapal pada umumnya.Lagian yang tahu seperti apa sih kebutuhan nelayan,yah mereka sendiri. jadi perlu datang dan diajak bicara nelayan, sebelum ada bantuan,"beber Yan.

Dia menambahkan, bantuan untuk nelayan di jakut memang banyak dilakukan sejumlah pihak.Namun,hal itu bisa tidak sesuai jika tidak mengetahui kondisi riil di lapangan."Biar bisa di manfaatkan maksimal.jadi jangan hanya memberikan saja, tapi juga ditanya dulu seperti apa kapal yang biasa dipakai nelayan di sana.
Sumber: INDOPOS Tanggal 18 Februari 2013 Hal.10