Jumat, 20 Juli 2018

Manfaat Eceng Gondok Dalam Kolam Ikan

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air yang hidupnya mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.
manfaat eceng gondok untuk budidaya ikan
Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Bagi pemelihara ikan sebagian ada yang menggunakannya, dan Tanaman eceng gondok ini mengambang di kolam dan sebagian paling disukai oleh pembudidaya ikan untuk peneduh atau sebagai penutup permukaan air dikala terjadi panas dari sinar matahari, dan fungsinya untuk menaungi air kolam dan menyediakan tempat bagi ikan untuk kabur dari panas matahari.
Menurut informasinya Eceng Gondok ini berasal dari Daerah Brazil dan entah kapan sampai ke Indonesia. Yang jelas Enceng gondok ini adalah sebenarnya tanaman air dan tumbuh cepat sehingga memblokir aliran air dan jika hidup ditempat yang tidak dikehendaki dapat merusak atau menghambat perjalanan air dll. Namun demikian, daun eceng gondok itu cantik, bahkan ketika ia berbunga. Bunganya ungu dan menambah keindahan kolam. Salah satu cara untuk mencegah ia berkembang luas adalah membatasinya dengan tali di sekitarnya, pasang sekitar 5 cm di atas permukaan air. Jika tidak begitu, eceng gondok sudah mengambil alih seluruh permukaan kolam.
Cara menanamnya cukup letakkan eceng gondok di atas permukaan air kolam. Tanaman ini akan menyebar begitu saja di sana seiring waktu. Sistem akarnya bercabang panjang dan berat seperti ditutupi serabut hitam hitam. Tanaman eceng gondok ini sebenarnya sangat efektif untuk membuang kotoran ikan dari air. Akar yang tua berwarna hitam dan muda berwarna putih. Akarnya dapat tumbuh hingga 45 cm. Kalau dasar kolamnya lumpur dan akarnya sudah sampai kesana, ia akan tumbuh lebih cepat lagi.
Menurut pakar ahli Lebih dari 30 tahun lalu, NASA melihat potensi besar dari eceng gondok untuk memurnikan air pada perjalanan luar angkasa yang panjang dan melakukan penelitian pada tanaman ini. Hasil dari studi ini ditemukan kalau tanaman ini dapat menghemat jutaan dolar jika digunakan dalam fasilitas pemurnian air untuk memurnikan air. Hal ini terkait dengan kekuatan luar biasa sistem akar eceng gondok untuk menyerap kotoran. Saat ini ia sudah banyak digunakan di banyak pusat penanganan limbah di kota besar di AS, jadi ia juga bagus untuk kolam.
Selain itu, eceng gondok juga mengendalikan pertumbuhan ganggang, sang pemangsa oksigen kolam. Mereka mengurangi jumlah sinar matahari yang masuk ke kolam sehingga ganggang sesak napas. Mereka juga menyedot nutrisi yang dibutuhkan ganggang untuk tumbuh dengan baik.
Tapi kalau dibiarkan, eceng gondok bisa tumbuh ke samping dan keatas juga. Ia bisa mencapai tinggi 1 meter. Anak ikan Koi ini sangat senang terhadap eceng gondok ini dan biasanya ia sering bersembunyi atau tinggal di daerah akarnya karena menjadi perlindungan dari predator. Tapi karena ikan Koi ini senang makan daun, koi juga memangsa eceng gondok. Jadi, eceng gondok juga berfungsi sebagai makanan sekaligus benteng bagi Koi, asal tidak terlalu banyak di kolam.
Jadi bagi para pembudidaya ikan saya rasa ini akan lebih baik jika dalam sistim pemeliharaannya ditanam akar gondok karena selain untuk membersihkan air diperairan juga dapat melindungi ikan dari sengatan panas matagari yang terlalu tinggi. Selain itu tanaman ini juga bisa melindungi anak ikan terhadap serangan binatang atau hama lainnya.

Sumber :
http://www.bibitikan.net/manfaat-eceng-gondok-dalam-kolam-ikan/

Limbah Kolam Ikan Dapat Dimanfaatkan untuk Akuaponik

Bau yang tidak sedap dan kotonya kolam ikan adalah sesuatu yang banyak dibenci orang ketika mengembangkan budidaya ikan air tawar. Jika kita kreatif, maka bau dan kotoran tersebut tidak akan menjadi masalah yang berarti, justru hal tersebut dapat mendatangkan manfaat dan keuntungan yang lain.
memanfaatkan limbah kolam ikan untuk akuaponik
Kotoran ikan yang seringkali menimbulkan masalah karena bau yang tidak sedap dan membuat kolom menjadi kotor ternyata bisa memberikan manfaat. Sisa pakan yang ditebar di kolam yang tidak termakan oleh ikan dan mengendap di kolam pun bisa bermanfaat pula. Kedua limbah yang berasal dari hasil budidaya di kolam ikan tersebut dapat dimanfaatkan untuk akuaponik.
Akuaponik adalah kombinasi antara akuakultur dengan hidroponik yang menghasilkan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Akuakultur merupakan budidaya ikan, sedangkan hidroponik adalah budidaya tanaman tanpa tanah yang berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles.
Akuaponik memanfaatkan secara terus menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman ke kolam ikan.
Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem re-sirkulasi. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit. Akuaponik merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran.
Terbatasnya lahan produksi pangan (pertanian-perikanan) telah mendorong budidaya pertanian-perikanan di lahan sempit atau wadah yang terbatas. Agar terjadi sinergitas yang saling mendukung, usaha budidaya perikanan di lahan terbatas akan lebih baik apabila digabungkan dengan pertanian, hal ini tentunya dapat meningkatkan efiesiensi pada tahap produksi sehingga bisa dikatakan budidaya low input.
Sistem akuaponik dalam prosesnya menggunakan air dari tangki atau kolam ikan, kemudian disirkulasikan kembali melalui suatu pipa yang mana tanaman akan ditumbuhkan. Jika dibiarkan di dalam tangki, air justru akan menjadi racun bagi ikan-ikan di dalamnya. Bakteri nitrifikasi merubah limbah ikan sebagai nutrien yang dapat dimanfaatkan tanaman.
Kemudian tanaman ini akan berfungsi sebagai filter vegetasi, yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang tidak berbahaya bagi ikan. Jadi, inilah siklus yang saling menguntungkan. Secara umum, akuaponik menggunakan sistem resirkulasi. Artinya memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dalam budidaya ikan dengan filter biologi dan fisika berupa tanaman dan medianya. Resirkulasi yang digunakan berisi kompartemen pemeliharaan dan kompartemen pengolahan air.
Melalui sistem akuaponik, tanaman tidak perlu disiran setiap hari secara manual, sebab air dikolam dipompa ke atas hingga mampu menyirami tanaman dan bisa ditambahkan timer agar kita bisa menentukan waktu penyiraman sesuai yang diinginkan. Kita hanya perlu memberi makan pada kolam ikan yang pada akhirnya bisa mendapat sayuran dan ikan segar. Keuntungan akuaponik untuk kolam dan ikan itu sendiri adalah kebersihan air kolam tetap terjaga, air tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi ikan karena sudah melalui proses filtrasi.
Media tanaman yang paling efektif digunakan untuk akuaponik adalah zeolit. Zeolit berfungsi sebagai filter dan juga media tanam untuk tanaman. Sedangkan untuk budidaya ikan yang paling bagus untuk menunjang akuaponik adalah budidaya ikan lele, sebab lele menghasilkan kotoran ikan yang lebih banyak dibandingkan jenis ikan lainnya.
Lele juga termasuk ikan yang konsumsi pakannya tinggi. Dengan adanya konsumsi pakan yang tinggi, otomatis akan menghasilkan kotoran yang banyak pula akibat sisa pakan yang tidak termakan. Banyaknya kotoran yang dikeluarkan oleh ikan lele dan sisa pakan yang mengendap di kolam menjadikan pertumbuhan tanaman menjadi sangat cepat.
Hampir semua jenis budidaya ikan seperti lele, gurami, nila, koi, emas, bawal, mujair, udang galah dan jenis ikan lainnya dapat dimanfaatkan untuk akuaponik. Sedangkan jenis tanaman yang biasa dibudiyakan umumnya adalah tanaman sayuran yang bisa dipanen daunnya dan memiliki nilai ekonomis seperti selada, sawi, caisim, kangkung, dan sebagainya. Bahkan tanaman seperti cabai, terong, dan, tomat juga bisa pula dibudidayakan dengan sistem akuaponik.
Keuntungan untuk hasil panen dari sayuran yang dikembangkan melalui akuaponik adalah tanaman lebih hijau, segar, awet, dan tidak mudah menguning. Selain itu, sayuran menjadi lebih sehat karena bersifat organik. Sebab, selama masa tanam sayuran tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida, karena hanya menggunakan limbah dari kolam sebagai pupuk alaminya.
Akuaponik bisa diterapkan dalam skala besar maupun dalam skala kecil untuk rumahan. Untuk kita yang sudah punya kolam ikan di rumah bisa dimanfaatkan untuk akuaponik, namun untuk yang tidak punya kolam bisa juga menggunakan akuarium. Selain hasil tanamannya bisa dikonsumsi, penerapan akuaponik di akuarium juga bisa menambah estetika di dalam ruangan rumah dan akan membuat rumah menjadi lebih hijau.
Sumber:
http://news.liputan6.com/read/2020748/memanfaatkan-limbah-kolam-ikan-untuk-akuaponik

Selasa, 17 Juli 2018

Tips Penentuan Waktu Ovulasi Saat Pemijahan Ikan

Penentuan waktu stripping atau waktu ovulasi merupakan salah satu kunci yang harus benar-benar dikuasai pada pemijahan ikan. Stripping yang terlalu atau lambat dapat mengakibatkan rendahnya keberhasilan tingkat penetasan telur dan menyebabkan kerusakan induk bahkan kematian.
pemijahan ikan patin
Waktu ovulasi tercapai pada periode tertentu setelah penyuntikan (waktu laten). Waktu laten pada spesies ikan yang berbeda dapat berbeda pula bahkan pada spesies ikan yang sama, bergantung pada tingkat kematangan akhir gonad, temperatur inkubasi induk, kondisi lingkungan dan kondisi fisiologis ikan lainnya.
Karena itu, penentuan waktu laten pada selang waktu tertentu tidak dapat secara mutlak digunakan, berbeda dengan selang waktu injeksi hormonal pertama dan kedua (bila menggunakan dua kali injeksi). Secara simpel, identifikasi waktu ovulasi dapat dilakukan dengan mengurut bagian perut ikan ke arah genital secara perlahan.
Bila sudah ada sedikit telur yang keluar secara lancar (bukan dipaksa), waktu ovulasi sudah tercapai sehingga pengurutan selanjutnya dapat dilakukan dan dilanjutkan dengan pembuahan. Secara akurat, waktu ovulasi dapat ditentukan berdasarkan posisi inti. Dengan pemberian larutan serra (60% ethanol, 30% formaldehyde, 10% acetic acid glacial), inti sudah mengalami kerusakan dinding germinal (GVBD, germinal vesicle breakdown).

Sumber :
http://www.bibitikan.net/tips-penentuan-waktu-ovulasi-saat-pemijahan-ikan/

Kriteria Sungai Yang Baik Untuk Budidaya Ikan

Sungai Sebagai Tempat Budidaya Ikan

Menjadikan sungai tempat budidaya ikan bisa menjadi alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Bahkan bila ditekuni, memelihara ikan di sungai memiliki prospek untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik jika dibandingkan dengan hanya bekerja pada suatu instansi atau perusahaan. Namun, untuk memulai usaha tersebut kita perlu memiliki sistem perairan yang sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan.
sungai untuk tempat budidaya ikan
Kriteria perairan atau sungai yang baik untuk melakukan usaha budidaya ikan adalah sebagai berikut:
  • Sistem perairan atau sungai dalam keadaan bersih dan tidak tercemar oleh bahan kimia yang berbahaya.
  • Sistem perairan atau sungai tidak mengandung kadar minyak dan bahan lain yang bisa membuat ternak mati.
  • Gunakan sistem perairan yang banyak mengandung zat-zat alami yang dibutuhkan oleh ikan.
  • Hindari sungai yang tertutup oleh banyak sampah dan dedaunan.
Jika sistem perairan atau sungai yang digunakan dalam usaha budidaya tidak sesuai dengan kebutuhan ikan, maka hal itu akan berakibat buruk terhadap kelangsungan hidup ikan.
Dengan demikian, diperlukan pengetahuan khusus mengenai jenis-jenis ikan, kebutuhan ikan berdasarkan jenisnya, macam-macam segmen pembesaran, jenis-jenis kolam budidaya ikan, dan kebutuhan pakan ikan.
Sebelum memilih tempat yang baik serta mengelola sistem perairan bagi ternak ikan, perlu untuk terlebih dahulu memilih dan menentukan jenis ikan apa yang akan dibudidayakan. Berikut ini adalah beberapa jenis ikan yang biasa dibudidayakan di air tawar :
  • Ikan Mas, yaitu jenis ternak ikan yang segmennya meliputi segmen pembibitan dan pembesaran.
  • Ikan Lele, yaitu jenis ternak ikan yang bisa menghasilkan 4000 telur yang siap menjadi larva.
  • Ikan Patin, yaitu jenis ikan yang memerlukan keterampilan khusus untuk bisa membudidayakannya karena ikan jenis ini memiliki 3 tahap pembesaran.
  • Ikan Nila, yaitu jenis ikan yang cocok untuk dibudidayakan di sumber air yang bersih. Ikan jenis ini termasuk ke dalam jenis ternak yang mudah untuk dibudidayakan.
  • Ikan Gurame, yaitu jenis ikan dengan beberapa tahap pembibitan, pemijahan, penetasan, dan pemeliharaan larva.
  • Sumber : http://www.bibitikan.net/kriteria-sungai-yang-baik-untuk-budidaya-ikan/

Jumat, 13 Juli 2018

Ekstraksi Agar Bakto Rumput Laut Gelidium Sp


Agar bakto adalah agar-agar khusus yang  digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium,  biasanya digunakan di bidang mikrobologi dan bioteknologi. Sayangnya  kebutuhan agar bakto selama ini masih diimpor dari luar negeri, karena  ekstraksi yang sulit sehingga mahal harganya. Agar bakto ini dapat  diekstrak dari rumput laut Gelidium sp yang merupakan bahan baku agar bakto dan tersedia melimpah di Indonesia.     
Invensi ini menawarkan proses ekstraksi agar bakto dari rumput laut Gelidium sp.,  dengan memanfaatkan proses bertekanan tinggi pada suhu tinggi. Cara ini  dapat menghasilkan agar bakto dengan kekuatan gel dan rendemen yang  tinggi, selisih antara titik leleh dan titik jendal (hysteresis)  cukup besar, sehingga bagus untuk digunakan di laboratorium, terutama  karena memudahkan pengamatan Angka Lempeng Total (ALT) untuk uji jumlah  total bakteri di laboratorium.     
PERSPEKTIF  
Inovasi ini memungkinkan untuk  diproduksinya agar bakto dalam negeri yang selama ini diimpor. Selain  menjadi pilihan untuk substitusi import, tetapi juga meningkatkan nilai  tambah rumput laut Gelidium sp. yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri.     
KEUNGGULAN INOVASI  
Menghasilkan jel yang kuat, yaitu dengan gel strength 1.019 g/cm² Menghasilkan rendemen yang cukup tinggi untuk jenis Gelidium sp., yaitu 15,03% Selisih yang besar antara titik leleh dan titik jendal (hysteresis), sehingga memudahkan pengamatan Angka Lempeng Total (ALT) di laboratorium.   
POTENSI APLIKASI               
Dapat digunakan di  laboratorium untuk uji mikrobiologi seperti Angka Lempeng Total (ALT),  isolasi bakteri, maupun uji mikrobiologi atau bioteknologi yang  memerlukan bakto agar lainnya.
INOVATOR         :       Murdinah; Subaryono M. Darmawan; Dina Fransiska   
Sumber: 
Buku Inovasi dan Buku Rekomendasi Teknologi Litbang KP 2013
http://www.balitbangkp.kkp.go.id/dev3/ekstraksi-agar-bakto-rumput-laut-gelidium-sp
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2016/09/

PERSIAPAN PEMASANGAN RUMPON

Komponen rumpon harus ditata dan disusun sesuai urutan logis mulai dari ponton hingga jangkar.  Penataan harus menghindarkan sekecil apapun dari resiko kegagalan atau kecelakaan awak kapal atau awaknya.

Ponton atau Pelampung Rumpon

Ponton atau pelampung rumpon harus ditempatkan di lokasi penurunannya, sehingga hanya dibutuhkan oleh garak kapal seminimal mungkin.  Lokasinya di sisi luar buritan kiri atau buritan kanan. Ponton harus diikat kuat dengan tambang. Ikatan harus kuat tapi mudah dilepas.   Landasi bawahnya dengan terpal atau karung untuk menghindari kerusakan pada badan kapal.  Termasuk juga tempat meluncurkan rantai jangkar.
Jika menggunakan kapal berukuran kecil, dan ponton atau pelapung harus ditunda sejak keluar dari pelabuhan.  Cara pelampung ditunda ini umum dilakukan jika keadaan laut bergelombang, dan hal ini sangat aman dilakukan jika kapal tidak memiliki winch untuk menurunkan komponen rumpon.  

Rantai dan tali rumpon

Cara yang paling biasa dilakukan untuk menyimpan rantai dan tali rumpon adalah langsung ditata di dek kapal di lokasi penurunannya.  Keduanya harus terikat erat selama dalam pelayaran menuju lokasi penanaman rumpon.  Saat tiba di lokasi pengikatnya dilepas dan langsung diturunkan dari atas dek.  Alternatif lain, jika ruang kerja sempit dan berbahaya menurunkan dari sisi lambung kapal, rantai dan tali disimpan dalam kotak kayu kokoh.  Kotak dapat ditempakan di palkah ikan.  Membuka gulungan tali dari coilnya harus benar, jika tidak akan terjadi tekukan pada tali. Cara termudah adalah dengan menggunakan alat pembuka atau penggulung tali.  

Tali rumpon yang telah dibuka sebaiknya digulung kembali di atas dek dengan menggunakan sistem angka delapan.  Cara ini akan mengurangi resiko kusut atau terbelit susunannya.  Terutama jika tali terbuat dari wire.

Jangkar Rumpon

 
Cara termudah dan paling aman menata jangkar sebelum diturunkan ke air adalah dengan menempatkannya di atas konstruksi kayu (berbentuk meja) yang sejajar dengan top bulkwark.  



 A: Jangkar rumpon; B: Besi siku penahan rantai pengikat block;C; Konstruksi kayu penumpu jangkar; D: Block penghantar rantai jangkar saat diturunkan; E landasan tebuat dari plywood.


Sumber:

Santoso. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Seluk Beluk Rumpon dan Pemasangannya. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2016/10/persiapan-pemasangan-rumpon.html

LEGALISASI IUMK SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN


Pembangunan nasional sektor kelautan dan perikanan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat di semua sektor sesuai dengan usahanya, agar lebih baik, lebih menguntungkan, lebih sejahtera, mandiri, terampil, dinamis, efisien dan professional, serta berdaya guna dengan tetap memperhatikan lingkungan yang terpelihara dan lestari. Masyarakat menjadi pelaku utama perikanan, dan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi, serta menumbuhkan suasana dan iklim yang menunjang. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional khususnya di sektor kelautan dan perikanan.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha perikanan, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara. Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi, permodalan, serta iklim usaha.
Kebijakan pemberdayaan UMKM di Indonesia secara umum diarahkan untuk mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, serta revitalisasi kelautan dan perikanan yang menjadi prioritas pembangunan nasional. Pengembangan usaha skala mikro dan kecil diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah, khususnya di sektor kelautan dan perikanan. Sehubungan dengan itu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan dengan cara:
1.   Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan
2.   Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan UMK sektor kelautan dan perikanan dan meningkatkan efektivitasi pendampingan dalam rangka pemberdayaan UMK, maka Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP sebagai instansi Pembina jabatan fungsional Penyuluh Perikanan berkomitmen bahwa pendampingan legalisasi izin usaha menjadi prioritas penting dan sebagai target capaian kinerja penyuluhan KP.

1.1.    Maksud dan Tujuan
Kegiatan pendampingan legalisasi penumbuhan izin usaha mikro dan kecil sektor kelautan dan perikanan dimaksudkan untuk memfasilitasi pelaku utama/kelompok dalam mendapatkan legalitas izin usaha sektor kelautan dan perikanan sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

1.2.    Dasar Hukum

Dasar hukum kegiatan pendampingan legaisasi penumbuhan izin usaha mikro dan kecil sektor kelautan dan perikanan sebagai berikut :
1.   Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
2.   Undang-Undang Nomor : 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan;
3.   Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro dan Kecil
4.   Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam;
5.   Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2014 Tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil;
6.   Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil;
7.   Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 02 /Per/M.KUKM/I/2016 tentang Pendampingan Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil;
8.   Keputusan Bupati Subang Nomor 518/KEP.516-DINKOP/2015 tentang Pendelegasian Pengurusan Izin Usaha Mikro Kecil kepada Camat.

Kamis, 12 Juli 2018

PENGGELONDONGAN IKAN BANDENG

Hampir satu dasawarsa serangan penyakit udang yang mematikan belum dapat terkendali secara efektif, kegagalan sudah berkali-kali dialami petani/pengusaha tambak. Timbulnya penyakit udang tersebut disebabkan semakin menurunnya daya dukung lahan tambak sebagai akibat dari penerapan Sapta Usaha Pertambakan yang tidak sesuai anjuran dan adanya berbagai bentuk manipulasi lingkungan perairan tambak yang dilakukan petani, semua ini bermuara kepada terganggunya keseimbangan sistim perairan (Ali Poernomo, 1992).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak diperlukan adanya suatu solusi dengan memfungsikan tambak melalui budidaya bermacam-macam komoditi salah satu diantaranya adalah komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng adalah salah satu sumber protein hewani yang harganya lumayan dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, selain dikonsumsi dalam bentuk ikan segar juga dalam bentuk olahan diantaranya: pindang dan bandeng presto (Aslianti, 1994).
      Kebutuhan lain yang akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan hidup untuk penangkapan tuna/cakalang (Asmin Ismail, dan Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain yang dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH, kecerahan air, mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kisaran kadar garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak mempunyai sifat kanibal sehingga ikan ini mempunyai kecenderungan untuk dibudidayakan dengan kepadatan tinggi terutama penggelondongan (Liao, 1985). Dalam usaha budidaya benih sampai ukuran gelondongan merupakan komponen penentu menuju keberhasilan budidaya. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah rendahnya teknologi penggelondongan yang dimiliki petani/pengusaha, baik itu padat tebar, pemberian pakan tambahan dan manajemen air, sehingga tingkat pertumbuhan dan kelulusan hidup yang didapatkan dalam penggelondongan bandeng masih sangat rendah. Untuk itu diperlukan adanya informasi yang akurat menyangkut teknologi penggelondongan nener bandeng sebagai acuan yang dapat dimanfaatkan oleh petani/pengusaha tambak. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan penggelondongan nener bandeng sampai ukuran (5-7 cm) adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan gelondongan bandeng sepanjang tahun untuk menunjang
    budidaya bandeng umpan maupun bandeng konsumsi.
b. Meningkatkan kelangsungan hidup pada usaha budidaya berikutnya.
c. Menekan biaya produksi dan peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan terhadap
    budidaya bandeng umpan atau bandeng konsumsi.
d. Berfungsi sebagai komoditi rotasi untuk memutus siklus penyakit udang.
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani tambak.
f. Menampung tenaga kerja di daerah pesisir pantai.
 1. Pemilihan Lokasi
Pada umumnya petakan tambak penggelondongan nener bandeng sama dengan petakan tambak budidaya ikan bandeng. Petakan tambak dapat dibuat di lokasi dengan perbedaan tinggi pasang surut 2-3 m. Elevasi tambak optimal adalah 0,50 m dari permukaan air laut. Tanah dasar yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan) karena selain mampu menampung air juga sangat baik untuk pertumbuhan alga dasar. Tanah tambak yang baru dibuka pada umumnya bereaksi masam, karena itu perbaikan tanah (reklamasi) perlu dilakukan dengan jalan penjemuran tanah dasar dan pencucian maupun pengapuran.
Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng
-       Keadaan Lingkungan (Variabel)
1 PH 7 – 8
2 Oksigen terlarut > 3 ppm
3 Suhu air 25 - 30 0C
4 Salinitas 10 - 30 ppt
5 Sumber air Payau dan tawar
6 Kualitas air Tidak tercemar
7 Tekstur tanah Liat berdebu
 2. Konstruksi dan Desain Tambak
Pematang tambak terdiri dari pematang keliling (tanggul primer) dan pematang penyekat (tanggul skunder). Pematang keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam 1-1,5 dan lereng bagian luar 1-1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat lebih kecil dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992).








Gambar    Tampak samping  
                             

Gambar tampak atas
Tinggi pematang sebaiknya tidak kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari penyusutan sebesar 15-20% harus diperhitung pada pembuatan semua jenis pematang. Saluran di tambak terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di dalam tiap petakan tambak dapat dibuat parit-parit keliling (caren) dengan lebar 2-4 m dan dalam 0,3-0,5 m dari permukaan pelataran. Pintu air satu unit tambak terdiri atas satu pintu utama, pintu sekunder dan pintu tertier. Pintu utama dipasang pada pematang utama keliling untuk pengaturan pemasukan air ke dalam unit tambak.
 Pintu sekunder dipasang pada pematang perantara untuk memasukkan air dari saluran pembagi ke dalam tiap petakan, ukuran pintu air sebaiknya diatur sesuai dengan kapasitas lahan sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan lebih cepat. Tiap petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan tersendiri, untuk mencegah penggunaan air yang berkualitas rendah sebaiknya pengairan tidak dilakukan secara seri.
3. Persiapan
- Pengeringan tanah dasar tambak
Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan perbaikan pematang, saluran dan pintu tambak. Tanah dasar bagian pelataran diolah dan diratakan, kemudian tanah dasar dikeringkan selama 7 hari hingga tanah dasar retak-retak sampai sedalam 1 cm. Dalam kegiatan pengeringan ini juga disertai kegiatan aplikasi pemberantas hama yaitu dengan menggunakan Saponin sebanyak 30 kg/ha.
- Pemupukan awal
Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk organik selain merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang bisa ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae). Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap adalah pengeringan tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan anorganik (buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5 cm dan diberakan selama satu minggu. Selanjutnya dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm, hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu sampai kelekap tumbuh subur. Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng. Pada waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari masuknya organisme predator.
4. Penebaran Benih
- Ukuran
Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan pantai dengan panjang tubuh total 10-16 mm. Apabila penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari.
- Padat tebar
Padat tebar yang baik untuk lama penggelondongan 40-60 hari adalah 10-12 ekor/m2. Sebelum penebaran dilakukan, benih perlu diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) medium tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan dalam suatu wadah, kemudian air dari tambak sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah tersebut dengan selang melalui salah satu sisi wadah, sedangkan dari sisi lain air dari wadah disipon keluar dengan menggunakan selang yang dilengkapi saringan sehingga dengan demikian akhirnya kondisi suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi sama dengan kondisi air dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai dilakukan, selanjutnya benih dapat ditebar ke tambak.
5. Pemeliharaan
- Pengelolaan air
Kegiatan rutin setelah penebaran benih adalah pengamatan untuk mempertahankan kualitas air yang baik dan tersedianya organisme pakan yang cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas air ditujukan untuk memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi pertumbuhan ikan. Selama penggelondongan harus dijaga agar salinitas dan ketinggian air selalu stabil dan ketinggian air dipertahankan 40-50 cm. Laju penguapan dan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan salinitas berubah (berfluktuasi) dan kondisi seperti ini memungkinkan dapat menghambat pertumbuhan alga dasar dan sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan jenis plankton lain yang tidak diinginkan sebagai pakan alami ikan bandeng. Dalam penggelondongan nener bandeng yang baik, alga dasar tambak tumbuh dengan subur dan warna airnya yang jernih. Namun apabila jenis plankton lain yang tumbuh subur seperti protozoa, flagellata, fitoflagellata dan rotifera maka warna air akan berubah menjadi kuning atau coklat. Akibatnya kandungan oksigen dalam air menjadi semakin rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan bandeng secara massal. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan/ penggantian air laut yang baru. Penggantian air dapat dilakukan secara gravitasi dengan pemanfaatan gerakan air pasang surut atau pompanisasi.
6. Pemupukan susulan
Setelah penebaran benih, kelekap sebagai pakan alami semakin lama akan semakin berkurang sehingga perlu adanya pemupukan susulan agar kelekap dapat tumbuh secara kontinuinitas. Pemupukan susulan satu sampai dua minggu sekali, hal ini tergantung dari nilai kesuburan tambak dan dimulai 2-3 minggu setelah penebaran. Pupuk susulan yang digunakan masing-masing Urea 15-25 kg/ha dan SP36 10-15 kg/ha dan ditambah pupuk perangsang seperti Forest, Ladan, Ursal, dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama di tambak dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu; predator, kompetitor, dan organisme penggangu. Predator terdiri dari burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia. Kompetitor termasuk ikan herbivora dan beberapa jenis moluska. Organisme penggangu terdiri dari berbagai species insekta dan cacing. Cara pemberantasan hama yang lazim dilakukan di tambak adalah pengeringan dan penggunaan beberapa jenis pestisida maupun racun tanaman. Tahap pertama pemberantasan hama adalah pengeringan tanah dasar. Pengeringan ini selain berfungsi mengoksidasi bahan organik dan mengeraskan tanah dasar juga membantu pemberantasan berbagai ikan liar, moluska, kepiting, cacing serta organisme hama lainnya. Apabila pengeringan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, maka pada bagian yang tergenang ditambahkan obat pemberantas hama. Untuk keperluan ini dapat digunakan Rotenon dalam bentuk akar tuba (Dheris sp) sebanyak 4-5 kg/ha. Selain itu, dapat juga digunakan Saponin dalam bentuk biji (Camelia sinensis) sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam bentuk serbuk tembakau dengan dosis 200-500 kg/ha.
8. Lama pemeliharaan
`Penggelondongan nener bandeng biasanya sudah mencapai standar ukuran 7-10 cm setelah masa pemeliharaan 40-60 hari. Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai gelondongan untuk penebaran berikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan maupun konsumsi.
9. Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk tujuan pemeliharaan berikutnya, oleh karena itu hasil panen harus dalam keadaan hidup. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Pemanenan pada waktu air pasang dapat dilakukan dengan cara memasukkan air baru ke dalam tambak.

Hal ini menyebabkan ikan-ikan bergerak menuju arah masuknya air dan berkumpul di dekat pintu air. Dengan menggunakan jaring, prayang atau pukat ikan-ikan digiring menuju pintu air, kemudian secara perlahan-lahan lingkaran jaring diperkecil sehinggga ikan-ikan terkurung di dekat pintu. Penangkapan pada waktu air surut dilakukan terlebih dahulu untuk mengurangi air tambak sehingga air tersisa di dalam caren sekitar 20 cm. Ikan digiring perlahan-lahan dan lingkaran diperkecil sehingga ikan dapat berkumpul dekat pintu. Ikan-ikan yang sudah terkurung perlu dibera selama 1-2 hari sebelum dipanen untuk dipindahkan. Penangkapan ikan harus dilakukan sangat hati-hati untuk mencegah kemungkinan luka-luka pada tubuh ikan dan kehilangan sisik akibat gesekan. Jika lokasi pengangkutan agak jauh, ikan perlu dipak terlebih dahulu dalam kantong plastik yang telah berisi air laut dengan kepadatan 25-50 ekor/liter sesuai ukuran ikan diberi oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1:1,5 atau 1:2 tergantung jarak jauh pengangkutan.

Sumber: 
Tristian, 2011. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos): Modul Penyuluhan Perikanan. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2016/09/penggelondongan-ikan-bandeng.html

Tips Menghindarkan Kematian Ikan Pada Sistem Budidaya

Dalam usaha pembesaran Ikan terkadang mudah sekali mengalami kematian, sehingga bagi pelakunya merasa bingung atau bosan akibat terjadinya kematian secara terus menerus terutama pada Ikan yang dipelihara khususnya pada Usaha Pembesaran.
kematian ikan sistem budidaya
Sebenarnya Ikan itu juga memiliki kemampuan daya tahan tubuh yang cukup kuat dari gangguan hama maupun penyakit. Namun karena ukurannya yang masih kecil sehingga ikan ini masih sangat rentan dan mudah stress yang akhirnya mengakibatkan Kematian.
Ada beberapa Faktor yang dapat mengakibatkan kematian pada budidaya Ikan. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan bagi para pembudidaya Ikan adalah memiliki sikap terhadap pengetahuan dan ketrampilan yang cukup terutama dalam usaha tersebut. Disamping itu hal yang harus diperhatikan pada saat membeli bibit ikan hendaknya harus benar-benar meyakini bahwa penjual bibit ikan itu benar-benar dijamin dalam menjaga mutu dan kualitasnya.
Bagi petani atau Pokdakan yang membeli Ikan harus tahu sebelum ikan dipindahkan ke tempat pemeliharaan atau pembesaran, yaitu bahwa ikan yang akan dipindahkan sebaiknya di Berok dulu atau dengan kata lain dipuasakan, langkah seperti ini dilakukan untuk mereka yang lokasinya cukup jauh. Maksud dilakukan pemberokan ini adalah agar kotoran ikan tidak menyebar yang akibatnya bisa mengganggu kesehatan ikan nantinya. Demikian juga ketika Ikan sampai di tempat lokasi sebaiknya Ikan jangan langsung diberi makanan terlebih dahulu namun dipulihkan dan dinetralkan kondisi kesehatannya agar menjadi pulih dengan cara pemberian Oksigen melalui aliran air yang cukup dan sebaiknya didekatkan dengan air yang mengalir walaupun tidak terlalu deras, kalau tidak mengalir sebaiknya bisa menggunakan Airrator yang kecil untuk beberapa saat. untuk penggunaan Air rator saya rasa dimana saja ada tempat penjualan bahkan harganya murah sehingga mudah terjangkau. Usahakan dalam 1 hari ini tak usah dulu diberi makan Namun air tetap mengalir, sehingga pada saat kita memberi makan nantinya ikan akan terasa senang memakannya dan kesehatanpun bisa pulih secara pelan. Demikian juga pada saat pemberian makanan juga jangan terlalu banyak. Yang penting ikuti aturan dan petunjuk secara perlahan, karena pemberian makanan yang berlebihan juga bisa mengakibatkan penyakit pada lingkungan perairan disekitar kolam.
Ada beberapa Tips yang dapat digunakan bagi pembudidaya ikan dalam menghindari kematian antara lain sebagai berikut:

1. Penanganan.

Penanganan yang kurang baik dan tidak tepat dalam melakukan anjuran juga bisa mengakibatkan kematian. Kesalahan teknis pada saat melakukan penebaran bibit juga sangat menentukan. waktu yang baik untuk menebar bibit ikan adalah sore atau pagi hari ketika matahari tidak terlalu panas. Demikian juga terhadap Kepadatan jumlah tebar yang terlalu tinggi, bibit yang asalan dan kurang bagus, juga lingkungan perairan pada kolam yang tidak mendukung akibat pencemaran semua bisa mengakibatkan kematian. Oleh karena itu proses penanganan dalam jumlah dan waktu perlu diperhitungkan.

2. Sorting

Keterlambatan pemilihan atau sorting pada bibit ikan dapat mengakibatkan pertumbuhan yang rusak sehingga pertumbuhan pada ikan itu sendiri tidak merata, dengan kata lain ada yang besar ada juga yang kecil. Bahkan Pertumbuhan ikan tidak bisa seimbang, ikan yang lebih besar biasanya cenderung akan mendominasi makanan, sedangkan pada ikan yang lebih kecil takut dan yang besar merajai akibatnya yang besar cepat besar dan yang kecil tetap kecil dan lambat besar, bahkan jika tidak bertahan ia tetap stress dan akhirnya mati.

3. Penggunaan Probiotik

Penggunaan Probiotik dalam sistim budidaya ini juga sangat dianjurkan, karena dengan menggunakan probiotik memiliki fungsi dalam menguraikan ammonia dan dapat membantu pencernakan makanan pada ikan. Dalam usaha perikanan pada pembesaran Ikan dengan kepadatan tinggi kotoran ikan akan menumpuk dan menjadi racun bagi pertumbuhan dan kesehatan ikan itu sendiri. Oleh karena itu dengan kita memberikan probiotik baik pada campuran pakan atau kolam sangat dianjurkan bagi pembudidaya ikan apalagi jika kita memelihara Ikan lele yang biasanya sangat padat jumlahnya itu akan lebih baik. Untuk Mencari probitik sekarang sudah banyak dijual dikios saprokan (saprodi perikanan) bahkan disemua tempat sudah banyak yang jual, terlebih bagi orang yang tinggal diperkotaan akan lebih mudah mendapatkannya.

4. Alat penangkap.

Penggunaan Alat tangkap yang terlalu kasar akan membuat luka pada ikan yang mengakibatkan luka dan Infeksi sehingga bisa mengakibatkan kematian. Untuk itu apabila kita menggunakan alat tangkap seperti serok sebaiknya kita pilih yang ukurannya lembut dan halus agar tidak melukai pada Ikan yang kita tangkap.

5. Pemberokan.

Pemberokan ini perlu dilakukan oleh Produsen sebagai Penjual bibit ikan, Terlebih apalagi kita akan mengirim bibit ikan ke tempat yang cukup jauh. Artinya bibit ikan lele dipuasakan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengiriman, Adapun tujuannya adalah agar kotoran dan sisa-sisa makanan pada tubuh ikan tersebut tidak mengganggu pada saat pengiriman, Karena akibat dari kotoran yang keluar dari tubuh ikan tersebut dapat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan dan mengakibatkan kematian.

6. Waktu Distribusi.

Waktu yang baik untuk melakukan pengangkutan atau penebaran adalah pagi atau sore hari. Karena pada siang hari kondisi cuaca terlalu panas yang dapat mengakibatkan kondisi ikan lemah sehingga daya tahan tubuh pada ikan itu sendiri kurang bertahan dan stress akibatnya bisa mengakibatkan kematian.

7. Vaksinasi.

Pada umumnya para pembudidaya ikan ini belum banyak yang melakukanya karena istilah vaksinasi ini belum begitu populer. Vaksinasi ini dilakukan untuk meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit pada Ikan. lebih baik mencegah daripada Mengobati. vaksinasi juga merupakan suatu cara untuk menghindari resiko kematian dalam sistim budidaya perikanan.

Sumber :
http://www.bibitikan.net/tips-menghindarkan-kematian-ikan-pada-sistem-budidaya/
 

GOOD MANUFACTUTING PRACTICE (GMP) PENGOLAHAN IKAN