PENDAHULUAN
Pada
dasarnya sistem budi daya artemia secara monokultur tidak berbeda dengan
sistem tumpang sari.
Sistem budi daya ini merupakan salah satu alternatif yang
dapat diterapkan oleh petani apabila harga artemia, baik dalam bentuk kista
maupun flake, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan garam. Perbedaan yang mencolok pada kedua sistem
tersebut hanya terletak pada desain
dan konstruksi tambak.
Apabila pada system tumpang sari ada petakan kristalisasi
maka pada sistem monokultur ini petakan
itu ditiadakan. Keuntungannya
ialah petakan untuk pemeliharaan menjadi lebih luas sehingga
produksi artemia diharapkan lebih tinggi dibandingkan sistem tumpang sari.
1.
Budi
daya artemia dengan sistem bak
Pembudidayaan
artemia dengan menggunakan bak merupakan teknik budi daya yang cukup intensif.
Keunggulan sistem ini adalah proses budi daya tidak banyak dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, terutama oleh air hujan. Pembudidayaan sistem ini bertujuan
untuk kultur massal dengan pemanenan berkala.
Dalam sistem bak ini, kendala yang dihadapi adalah biaya pengadaan bak
relatif mahal dan dalam pemeliharaannya memerlukan kontrol yang jauh lebih
intensif. Berdasarkan cara pengaliran
air, teknik budi daya ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu teknik yang
menggunakan system air mengalir (flow through system) dan
sistem air berputar
(race way system).
a. Persiapan Bak
Pemeliharaan
Ukuran
bak yang digunakan dapat bervariasi, Pemeliharaan yang menggunakan sistem air
berputar pada umumnya menggunakan bak
dengan bobot isi 2 – 5 ton, sedangkan untuk sistem air mengalir menggunakan bak dengan bobot isi
30 - 40 ton. Untuk bahan pembuatan bak dapat digunakan kayu, semen (beton),
atau fiberglass. Konstruksi bak dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan
perputaran air secara penuh. Bentuk bak dapat dibuat bulat atau segi empat
dengan sudut-sudut yang dibuat melengkung. Untuk membuat terjadinya perputaran
air maka digunakan air water lift yang ditempatkan atau dipasang membujur pada
dinding bak. Pakan yang telah mengendap dikeluarkan dengan menggunakan
saringan. Saringan yang dipasang di dalam bak berukuran 150 - 450 mikron
dimaksukkan untuk memisahkan artemia dari sisa-sisa pakan yang akan mengendap.
Saringan berikutnya yang berupa bak atau kotak (plote separator) dipasang di
luar bak pemeliharaan. Fungsinya sebagai tempat untuk mengendapkan sisa-sisa
makanan yang dikeluarkan dari bak tersebut.
b. Salinitas air
media dan kepadatan artemia
Apabila
bak pemeliharaan artemia telah siap maka air dimasukkan ke dalam bak dengan
kedalaman 80 - 100 cm. Penebaran nauplii sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Tingkat salinitas air media diatur
berdasarkan tujuan pemeliharaan
artemia. Apabila pemeliharaan artemia bertujuan untuk
menghasilkan biomassa maka tingkat salinitas diatur sekitar 30 ppt. Akan
tetapi, jika pemeliharaan artemia bertujuan untuk menghasilkan kista maka
salinitas media harus dibuat paling tidak 120 ppt. Untuk mempertahankan pH pada kisaran 7,5 -
8,5 dapat ditamibahkan NaHCO, (natrium bikarbonat) secukupnya. Dengan pemeliharaan sistem bak ini, tingkat
kepadatan artemia pada tahap tanam dapat mencapai 20.000 nauplii per liter
untuk sistem mengalir dan 1.000 - 3.000
nauplii per liter untuk sistem air berputar.
c. Pemberian pakan
Selama
dalam pemeliharaan, artemia diberi makanan alami berupa plankton dan makanan
tambahan. Kebutuhan makanan alami adalah sekitar 3 ember/hari, Hal yang harus
diperhatikan ukuran pakan tidak boleh lebih dari 50 mikron. Selain itu, pakan
yang diberikan harus memiliki kadar gizi yang baik. Makanan diberikan melalui selang dengan volume
tidak lebih dari satu liter dan diberikan secara periodik selang 3 jam sekali. Jumlah
pakan tambahan yang
disiapkan bergantung dari
tingkat kepadatan alga dalam media pemeliharaan. Pakan tambahan ini
dapat berubah status menjadi pakan utama. dapat digunakan jenis pakan dedak
halus, tepung ikan, dan tepung terigu, Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian pakan ini adalah ukuran butiran pakan tidak lebih dari 50 mikron.
Untuk mencapa ukuran demikian, pakan perlu diblender selama 10-30 detik kemudian
disaring dengan kain mori atau saringan dengan ukuran pori-pori 50 mikron.
Setelah disaring, pakan tersebut baru diberikar pada artemia.