Selasa, 28 Januari 2014

Kepiting Soka Goreng Tepung Crispy

Kepiting Soka rasanya sangat lezat dan enak apalagi cara memasaknya jika di goreng tepung rasanya renyah saat digigit sangat krispi. Kepiting soka adalah sebutan untuk kepiting yang dikonsumsi dalam keadaan kulit yang masih lunak karena baru berganti kulit. Kepiting soka adalah kepiting bakau biasa yang ketika dibeli dari nelayan penangkap, mereka akan di "rekayasa" dulu di suatu tempat. Di tempat baru itu mereka digunting ke 6 kakinya dan disisakan capit serta sirip paling belakang, kemudian di karantina didalam kotak-kotak penjara yang menampung satu ekor per satu sel. Kepiting yang mengalami mutliasi itu akhirnya akan berusaha menumbuhkan kakinya yang ke 6 dengan menggunakan cadangan kalsium cangkangnya.

Disimpan di kotak-kotak khusus atau kotak baterei itu karena pada saat cangkang menjadi lunak, kepiting itu sangat rentan diserang oleh musuh alami bahkan oleh rekannya sendiri. Berikut resep kepiting soka crispy yang dilengkapi dengan cara mudah bikin sendiri :

BAHAN :
·         4 ekor kepiting soka (kepiting yang tempurungnya lunak)
·         4 siung bawang putih, haluskan
·         50 gram tepung maizena
·         100 gram tepung terigu
·         1 sdt merica bubuk
·         1½ sdt garam
·         2 butir telur, kocok lepas
·         Minyak untuk menggoreng

  
CARA MEMBUAT KEPITING SOKA GORENG TEPUNG CRISPY :

Cuci bersih kepiting soka, buang insangnya. Potong kepiting soka menjadi 4 bagian. Sisihkan.
1.    Campur bawang putih, tepung maizena, tepung terigu, merica dan garam. Aduk rata.
2.    Celupkan kepiting kedalam telur, lalu gulingkan ke dalam campuran tepung sampai rata. Goreng dalam minyak panas dan banyak sampai matang kecokelatan. Angkat dan tiriskan. Santap dengan saus sambal atau saus lemon.
3.    Sajikan Kepiting Soka Renyah Krispi Untuk 4 porsi



Sumber :

resepbunda.files.wordpress.com

Minggu, 26 Januari 2014

Bubu Kepiting Bakau

Salah satu jenis alat tangkap yang dipakai untuk menangkap kepiting di sekitar hutan bakau adalah alat tangkap yang disebut dengan bubu wadorng. Alat tangkap ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati oleh kepiting dan supaya kepiting mau memasuki wadong di dalamnya diberi umpan yang ditusuk dengan bambu supaya tidak terbawa arus atau terjatuh dari bubu. Keseluruhan bagian dari alat tangkap ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat pemancang dan alat penusuk umpan.
Jenis penangkapan dengan menggunakan bubu wadong dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata pencaharian utama. Sebagai gambaran, di bawahi ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu wadong yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan penangkapan dengan bubu wadong.

Konstruksi
Keseluruhan bagian dari alat tangkap ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat pemancang dan alat penusuk umpan. Ukurannya bervariasi dengan antara 50-60 cm, diameter bagian tengah antara 40 — 50 cm. Pintu terletak di kedua ujungnya dengan diameter antara 15 20 cm. Di bagian tengah badan bubu terdapat pintu untuk mengambil hasil tangkapan. Umpan diletakan ditengah-tengah bubu dengan cara ditusuk dengan bambu.
Pemasangan bubu wadong di perairan menggunakan bambu penyangga wadong selalu menetap dan stabil di tempatnya.

Metode operasi
Pemasangan Wadong di daerah penangkapan biasanya ‘dipasang secara satu persatu terpisah dengan yang lainnya. Dalam satu kali operasi dapat dipasang sebanyak 10 - 20 buah wadong. Pemasangan wadong biasanya dilakukan di sore hari pada waktu air surut dan diangkat pada pagi hari selagi air surut. Semua kegiatan dilakukan secara manual baik dengan sampan maupun tanpa sampan.

Jenis hasil tangkapan
Kepiting bakau (Scylle seratta)

Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu wadong biasanya tidak mempergunakan perahu, tetapi nelayan memasangnya dengan cara turun langsung ke perairan. Nelayan bubu wadong pada umumnya adalah orang-orang yang tinggal dekat dengan hutan bakau di mana mereka melakukan aktifitas di daratan sebagai petani, peternak atau sebagai buruh, sedangkan pengoperasian bubu wadong hanya merupakan pekerjaan sambilan.

Umpan
Umpan yang dipakai tidak menentu, biasanya memakai ikan apa saja yang tersedia saat wadong akan dioperasikan.

Musim penangkapan
Musim penangkapan umumnya dilakukan sepanjang tahun.

Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk meletakan wadong adalah di sekitar akar-akar pohon mangrove atau di tempat yang diperkirakan akan dilalui kepiting. Kedalaman perairan antara 40 - 50 cm pada waktu surut.

Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah pemakaian sebaiknya dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.

Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko material atau beli langsung pada seseorang yang mempunyai pohon bambu.



Sumber :
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9

Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Jumat, 24 Januari 2014

Bubu Ikan Lindung dari Bambu

Penangkapan belut laut (sea eel) atau jenis conger eel yang banyak hidup di perairan pantai atau ikan lindung yang hidup di sungai, muara sungai atau di danau, dapat juga dilakukan dengan menggunakan bubu yang bahannya terbuat dari bambu.  Jenis penangkapan dengan menggunakan bubu bambu dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata pencaharian utama.
Sebagai gambaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu bambu yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan penangkapan dengan bubu bambu.
Konstruksi
Bahan untuk bubu bambu adalah banibu yang berdiameter antara 10-15 cm, panjang antara 60-80 cm atau tergantung keinginan masing-masing yang akan mengoperasikannya, pintu masuk dapat terbuat dan plastik atau anyaman bambu sedangkan pengikat pintu masuk dapat dibuat dad ban dalam bekas dengan lebar 1-2 cm.

Metode operasi
Pemasangan bubu di perairan, dapat dipasang satu demi satu kemudian diuntai atau dipasang dua atau tiga bubu dalam satu ikatan kemudian dipasang dengan cara diuntai dengan jarak satu dan lainnya antara 5 - 6 m.
 Metode pengoperasiannya adalah dengan cara memasang bubu di perairan yang diperkirakan banyak dihuni oleh jenis ikan yang akan dijadikan target tangkapan, baik secara tunggal maupun dipasang secara beruntai. Pemasangan bubu di perairan dapat dilakukan menjelang matahari terbenam dan diangkat keesokan harinya di pagi hari.  Jumlah bubu yang akan dipasang sebaiknya disesuaikan dengan besar kecilnya perahu dan kemampuan orang yang akan mengoperasikannya.

Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.

Jenis hasil tangkapan
Ikan lindung jenis Fluta alba, anago anago, astroconger myriaster, congriscus megastornusdan jenis ikan lindung lainnya.

Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu dapat dilakukan dengan tanpa perahu, dengan perahu tanpa motor atau dengan perahu motor tempel. Nelayan yang mengoperasikan bubu bambu adalah nelayan yang mengoperasikan bubu sebagai pekerjaan utama atau nelayan yang mengoperasikan alat tangkap selain sebagai pekerjaan utama dan bubu dijadikan sebagai alat alternatif sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan utamanya.

Umpan
Umpan yang dipakai dapat berupa umpan hidup seperti cacing, irisan dagingikan atau ikan rucah.

Musim penangkapan
Disesuaikan dengan musim ikan atau biota air Iainnya yang akan dijadikan target tangkapan di daerah masing-masing.

Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ialah perairan yang dasamya perairannya berlumpur, berlumpur bercampur pasir atau perairan yang banyak dihuni oleh ikan yang akan dijadikan target tangkapan.

Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.

Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicara di toko material atau membeli langsung dari seseorang yang mempunyai pohon bambu.




Sumber :
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9
Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta


Bubu Keong Macan dari Waring

Keong macan yang banyak hidup di perairan pantai dapat juga ditangkap dengan menggunakan alat tangkap yang disebut dengan bubu keong macan. Sebagai gambaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dari daerah penangkapan bubu keong macan waring yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan usaha penangkapan dengan bubu keong macan.

Konstruksi
Rangka bubu terbuat dan besi behel dengan diameter 4 mm dan badan bubu terbuat dari waring dengan mesh size 4 mm. Ukuran bagian bawah 30 x 30 cm, atas 10 x 10 cm, tinggi antara 8-10 cm dan diameter pintu masuk berukuran antara 6-8 cm. Ukurannya dapat berbeda antara nelayan satu dan nelayan lainnya meskipun masih dalam satu daerah.

Metode Operasi
Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu dan lainnya antara 3-4 m. Dalam satu set bubu biasanya dipasang antara 200-600 buah bubu atau tergantung dari kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya. Waktu operasi dimulai dari jam 18:00-06:00 dengan lama perendaman antara 2-4 jam.

Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.

Jenis Hasil Tangkapan
Keong macan — Babylonia spirata

Perahu Dan Nelayan
Perahu yang dapat digunakan adalah perahu motor tempel atau perahu motor dengan ukuran Lx B x D = 8.5 x 2.3 x 1,0 m. Alat bantu penarik tali utama bisa memakai gardan. Nelayan yang mengoperasikan bubu keong macan dari waring adalah nelayan yang mengoperasikan bubu keong macan sebagai pekerjaan utama, jumlah nelayan berjumlah antara 2 sampai 4 orang.

Umpan
Umpan yang bisa dipakai adalah ikan pepetek atau ikan rucah. Cara meletakan umpan di dalam bubu diletakan di bagian bawah, kemudian untuk menjaga umpan supaya tahan lama, dibungkus dengan kawat kasa.

Musim Penangkapan
Musim penangkapan disesuaikan dengan musim keong macan di daerah penangkapan masing-masing. Informasi dan musim keong macan bisa diperoleh dari Cabang Dinas Perikanan dan Kelautan di daerah masing-masing.

Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan yang baik adalah daerah penangkapan yang dasar perairannya berlumpur atau berlumpur bercampur pasir. Kedalaman perairan tergantung keberadaan keong macan di daerah penangkapan, nelayan keong macan di Pelabuhan Ratu pada umumnya mengoperasikannya di kedalaman mulai 5 meter sampai dengan 30 meter.

Pemeliharaan Alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dicuci dengan air tawar dan dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.

Pengadaan Alat Dan Bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu waring, untuk rangka bisa dibeli di toko material dan untuk waring bisa dibeli di toko perlengkapan nelayan atau toko jaring.



Sumber :
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9

Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Kamis, 23 Januari 2014

Bubu Ikan Lindung dari Paralon

Penangkapan belut laut (sea eel) atau jenis conger eel yang banyak hidup di perairan pantai atau ikan lindung yang hidup di sungai, muara atau di danau, dapat juga dilakukan dengan menggunakan bubu yang bahannya terbuat dari paralon. Jenis penangkapan dengan menggunakan bubu paralon dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata pencaharian utama.
Sebagai gambaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu paralon yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan usaha penangkapan.

Konstruksi
Bahan untuk bubu paralon adalah paralon yang biasa dipakai untuk keperluan saluran air dengan berdiameter antara 10-15 cm, panjang antara 60-80 cm atau tergantung keinginan masing-masing yang akan mengoperasikannya, pintu masuk dapat dibuat dari plastik atau anyaman bambu sedangkan pengikat pintu masuk dapat dibuat dari ban dalam bekas dengan lebar 1-2 cm.

Metode operasi
Pemasangan bubu di perairan, dapat dipasang satu demi satu kemudian diuntai atau dipasang dua atau tiga bubu dalam satu ikatan kemudian dipasang dengan cara diuntai dengan jarak satu dan lainnya antara 5-6 m. Metode pengoperasiannya adalah dengan cara memasang bubu di perairan yang diperkirakan banyak dihuni oleh jenis ikan yang akan dijadikan target tangkapan, baik secara tunggal maupun dipasang secara beruntai. Pemasangan bubu di perairan dapat dilakukan menjelang matahari terbenam dan diangkat keesokan harinya dipagi han. Jumlah bubu yang akan dipasang sebaiknya disesuaikan dengan besar kecilnya perahu dan kemampuan orang yang akan mengoperasikannya.

Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.

Jenis hasil tangkapan
Ikan lindung jenis Fluta alba, anago anago, astroconger myriaster, congriscus megastornusdan jenis ikan lindung Iainnya.

Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu dapat dilakukan dengan tanpa perahu, dengan perahu tanpa motor atau dengan perahu motor tempel.  Nelayan yang mengoperasikan bubu paralon adalah nelayan yang mengoperasikan bubu sebagai pekerjaan utama atau nelayan yang mengoperasikan alat tangkap seiain sebagai pekerjaan utama dan bubu dijadikan sebagai alat alternatif sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan utamanya.

Umpan
Umpan yang dipakai dapat berupa umpan hidup seperti cacing, irisan daging ikan atau ikan rucah.

Musim penangkapan
Disesuaikan dengan musim ikan atau biota air lainnya yang akan dijadikan target tangkapan di daerah masing-masing.

Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ialah perairan yang dasarnya perairannya berlumpur, berlumpur bercampur pasir atau perairan yang banyak dihuni oleh ikan yang dijadikan target tangkapan.

Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah digunakan sebaiknya dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.

Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu paralon bisa dibeli di toko material.



Sumber :
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9

Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Rabu, 22 Januari 2014

PENANGANAN IKAN DI KAPAL (HENDLING)

 1. Jenis Kapal Penangkap Ikan
Kapal penagkap ikan ada beberapa jenis yaitu perahu layar, perahu motor, kapal motor. Dan semua kapal penangkap ikan itu sudah pasti di lengkapi dengan alat tangkap ikan. Jenis kapal berpengaruh terhadap luas / volume, ruang gerak, peralatan dan lamanya beroperasi kapal penangkap tersebut. Kapal motor misalnya peralatannya lebih moderen sehingga alat kapalnya pun cenderung berkualitas baik.
2. Jenis Alat Tangkap (fishing gear)
Dalam hubungannya dengan penangkapan ikan di kapal, jenis alat tangkap digolongkan ke dalam :
a. Alat tangkap pasif, contohnya : panang, bubu, bagan (apung dan tetap), gill net, rawai
alat tangkap ini bersifat menunggu ikan dan tidak terlalu banyak berinteraksi dengan ikan, jadi kerusakan ikan cenderung minim.
b. Alat tangkap aktif, contohnya : jaring arad (beach seine), jaring  trawl, jaring lingkar (payang), dan alat tangkap bergerak lainnya.
Alat tangkap ini sifatnya aktif memburu dan menangkap ikan, dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah  pengaruhnya terhadap kondisi ikan.
3. Jenis ikan / hasil perikanan/  hasil tangkapan ikan
Dari segi penanganan hasil tangkapan dapat digolongkan ke dalam :
a. Ikan yang kandungan lemaknya rendah (lean fish)
b. Ikan yang kandungan lemaknya tinggi (gemuk-fatty fish)
yang kandungan lemaknya tinggi umumnya sulit mengalami kerusakan/ perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologis. Disamping itu ikan juga dibedakan atas dagingnya yaitu daging putih dan merah. Kalau daging yang bewarna merah relatif lebih mudah tegik (lancip), sehingga penanganan ikan harus lebih teliti.
4. Bahan pengawet
- es,
- garam dan
- udara dingin
Garam dan es digunakan biasanya digunakan pada operasi penangkapan dengan perahu layar dan kapal kecil sedangkan udara dingin pada operasi penangkapan kapal besar yang jangkauan operasi penangkapannya jauh dan memakan waktu cukup lama sampai berbulan-bulan di laut.
Jenis garam terbagi 2 yaitu :
a. Garam laut (Solar salt)
yaitu garam yang dibuat dengan cara menguapkan air laut dengan sinar matahari. Garam laut banyak mengandungkotoran dan komponen garam lain selain NaCl sehingga kemurniannya rendah (impuritas rendah). Garam ini dalam proses pengawetan memang menghambat pertumbuhan bakteri tapi tergolong lambat sehingga kadang terdahului oleh proses pembusukan.
b. Garam tambang (Rock salt)
Garam ini diambil dari bahan hasil penambangan dan garam ini mengandung kadar NaCl yang tinggi. kotoran dan kandungan lain selain NaCl sangat rendah dan dapat dikatakan murni (impuritas rendah). Garam ini dalam proses pengawetan juga sangat efektif.
5. Perlengkapan handling (penanganan ikan di kapal)
a. Gladak (lantai bongkar)
Tempat untuk membongkar hasil tangkapan ikan terbuat dari papan kayu tebal yang sudah dihaluskan dibentuk sedemikian rupa sehingga air dan kotoran mudah mengalir atau terbuang. Tapi bila kapalnya sudah maju atau moderen gladaknya terbuat dari bahan stenlis sehingga penanganan lebih mudah dan hasil lebih maksimal.
b. Pompa air bersih
Untuk membersihkan/ mencuci ikan hasil tangkapan dengan menyemprotkan air pada ikan, kotoran dan sisa-sisa darah
c. Ruang penyimpanan
Pada lambung kapal, terbuat dari kayu yang sudah berisol untuk mencegah bocoran air akan udara pada kapal kecil berupa ruang yang terbuat dari kayu
d. Tempat penyimpanan bahan pengawet
Untuk menyimpan es dan garam sebelum digunakan dalam pengawetan
e. Peralatan lain
-martil/ palu besar : menghancurkan es
- ganco terbuat dari besi untuk mengaambil dan mematikan ikan
- lampu yang cukup besar untuk membantu pembongkaran/ menurunkan hasil tangkapan terutama bila bongkar muat.
6. Prosedur penanganan ikan di kapal
a. Pekerjaan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memilih hasil tangkapan berdasarkan jenis, ukuran dan kualitas
b. Penyiangan: ikan yang besar disiangi dulu dan dibuang isi perutnya dan ingsangnya juga
c. Pencucian (washing) : dicuci bersih, dibuang lendir, sisik dan sisa darah
d. Pemilihan: ikan yang terlalu besar dipotong kepalanya dan dibuat kecil
e. Pendinginan : didalam pendingin/ palka
f. Untuk ikan kecil langsung dicuci tidak ditangani lagi langsung diawetkan
Penyusunan / menyimpan ikan
Penyusunan ikan dalam palka dilakukan dengan 3 cara :
a. Bulking
Ikan ditumpuk dalam ruangan palka lapis demi lapis. Dasar dibari es yang telah dihancurkan kurang lebih tebalnya 15 cm. Ikan dibelah perutnya disimpan dengan bagian perutnya di bawah agar air/cairan tidak tertampung dalam perutnya tapi mengalir ke dasar palka.
Lapisan ikan tidak boleh terlalu tebal agar pendinginannya merata. Cairan dari pelelehan es diusahakan tidak mengalir ke lapisan bawahnya. Jadi diberi kemiringan pada lapisan dasar agar air dapat mengalir ke pinggir lalu dibuang.
b. Shelfing
Dengan satu lapisan ikan dalam satu rak. Sekat ini dipasang dengan jarak sekitar 20cm. Kelemahan dari cara ini akan memakan waktu, tenaga dan ruang palka.
c. Boxing
Menggunakan peti-peti / box yang terbuat dari kayu, pastik, bahan sintetis. Dan juga bahan aluminium yang cenderung lebih baik karena mudah di kontrol dan dibersihkan. Kelebihan alat ini kualitas/mutu ikan lebih baik karena ikan tidak mendapatkan tekanan dan beratnya tidak berkurang. Selain itu saat pembongkaran juga jadi elbih mudah dan cepat. Kerugiannya terlalu banyak memkan tempat di dalam kapal.


sumber : http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/03/17/penanganan-ikan-di-kapal-hendling-alat-tangkap-pengawet-ikan-perlengkapan-handling-prosedur-penanganan/#more-1379