Senin, 14 Agustus 2017

PEMBUATAN PAKAN BUATAN

PENDAHULUAN
Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makan yang cukup dan bergizi seimbang. Ketersediaan pakan yang cukup, tepat waktu dan bernilai gizi baik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan. Sumber pakan bagi ikan budidaya berasal dari pakan nabati dan pakan buatan. Jumlah pakan alami dalam kolam sangat terbatas terutama pada kegiatan budidaya secara semi intensif atau intensif maka agar tercapai laju pertumbuhan yang baik, perlu diberikan pakan buatan sesuai kebutuhan. Jika laju pertumbuhan ikan baik, maka waktu pemeliharaan menjadi lebih singkat, sehingga produktifitas kolam meningkat karena waktu pemeliharaan yang lebih singkat.
Permasalahan yang sering muncul adalah pengadaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang besar ( mencapai 60 – 70 % ) dari total biaya produksi. Salah satu alternatif yang dapat di lakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah dengan membuat pakan sendiri, melalui teknik yang sederhana dengan memanfaatkan limbah hasil industri pertanian yang harganya relatif murah. Salah satu ciri pellet yang biasa mengapung guna memberikan kesempatan pada ikan untuk menyambarnya.

Alur Proses Pembuatan Pakan Ikan

A.   Pemilihan Bahan Baku
-          Bergizi tinggi
-          Mudah didapat
-          Mudah dibuat
-          Harga relatif murah
-          Tidak mengandung racun
-          Bukan merupakan makan pokok manusia

B.    Penepungan
Bahan pakan yang telah kering, dihaluskan sampai menjadi partikel ukurannya lebih halus0kecil. Biasa kita gunakan alat penepung dan pengayak.

C.   Menyusun Formulasi Bahan
1.      Formulasi bahaan untuk pakan bandeng
Nilai kadar protein 25 %
Bahan
Kadar (%)
Tepung ikan
17,5
Single cell protein
25
Tepung kedelai
12,5
Tumpi jagung
18
Dedak halus
27
Minyak ikan
0,3
Vitamin
0,1
Mineral
0,1
Soda kue
0,1
Tepung tapioka
2,5


2.      Formulasi bahan baku pakan lele
Nilai kadar protein 30 %
Bahan
Kadar (%)
Tepung ikan
30
Tepung kedelai
15
Tumpi jagung
10
Dedak halus
15
Bungkil jagung
30
Minyak ikan
0,3
Vitamin
0,1
Mineral
0,1
Soda kue
0,1
Tepung tapioka
2,5


3.      Formulasi bahan untuk udang
Nilai kadar protein 35 %
Bahan
Kadar (%)
Tepung ikan
17,5
Single cell protein
25
Tepung kedelai
12,5
Tumpi jagung
18
Dedak halus
27
Minyak ikan
0,3
Vitamin
0,1
Mineral
0,1
Soda kue
0,1
Tepung tapioka
2,5

D.   Penimbangan
Semua bahan ditimbang, sesuai prosentase masing-masing bahan dalam hitungan formulasi, selanjutnya dikalikan jumlah pakan buatan yang dikehendaki.

E.    Pencampuran Bahan
Semua bahan kering dalam bentuk tepung di campur mulai dari bahan yang jumlahnya sedikit sampai dengan bahan yang jumlahnya banyak.  Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai adonan menjadi setengah basah.  Biarkan adonan minimal 1 jam untuk selanjutnya adonan di kukus selama +15 menit.  Vitamin dan mineral di campur setelah adonan di kukus dan dingin.  Penambahan aroma untuk merangsang nafsu makan ikan/udang perlu kita lakukan dengan menggunakan atraktan yang berupa minyak ikan, terasi atau silase ikan.

F.     Pencetakan
Pencetakan pakan bisa kita gunakan alat sederhana yakni gilingan daging.  Pencetakan pakan dalam jumlah yang besar bisa kita gunakan mesin pellet.  Ukuran pakan ikan bisa kita atur sesuai dengan bukaan mulut ikan, missal 2 mm atau 3 mm.

G.   Pengeringan
Pakan yang telah di cetak kemudian dikeringkan dengan cara diangin anginkan atau di jemur di bawah sinar matahari.  Pengeringan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering seperti oven.

H.    Pengepakan dan Penyimpanan

Setelah pakan benar-benar kering, selanjutnya dimasukan dalam kantong plastik (karung).  Simpanlah pakan ditempat kering/sejuk dan berventilasi.  Letakan karung pakan diatas rak kayu/fallet.  Hindari penyimpanan langsung di atas lantai dan hindari pula sinar matahari secara langsung.  Penyimpanan pakan dianjurkan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.

Kamis, 10 Agustus 2017

PEMBENIHAN KERAPU KERTANG

PENDAHULUAN
Kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) adalah jenis ikan yang berpotensi undtuk dibudidayakan karena dapat dipelihara dalam ruang terbatas, pertumbuhan yang cepat, toleran terhadap perubahan lingkungan dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di pasar China, Hongkong, Singapura, Jepang dan Taiwan.  Jenis ikan pada umumnya dapat ditemukan di daerah estuarine, mangrove dan muara sungai, di perairan Afrika Timur, Laut Merah, Pakistan, China Selatan, Jepang Selatan, Hawai, Australia, kepulauan Fitkalin dan Indonesia.  Usaha budidaya pembesaran belum dapat dikembangkan secara luas karena terbatasnya jumlah benih dari alam.  Kebanyakan produksinya berasal dari hasil sampingan (by product) budidaya ikan kerapu jenis lainnya di kurungan jarring apung (KJA).  Fluktuatifnya pasokan benih dari alam memacu penelitian dan perekayasaan teknologi penyediaan benih Kerapu Kertang secara massal dan terkendali di unit pembenihan.
Balai besar pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)Lampung melakukan kegiatan perekayasaan pembenihan Kerapu Kertang sejak tahun 2004, meliputi pembesaran calon induk di KJA, pematangan gonad pada bak terkendali, serta produksi telur dengan pemijahan rangsang hormone.  Pada tahun 2007 BBPBL telah berhasil melakukan kegiatan pembenihan Kerapu Kertang.

PENYEDIAAN INDUK
Induk Kerapu Kertang yang digunakan untuk pemijahan berukuran 23-50 kg/ekor, dipelihara di KJA berukuran 5x5x5 m3, atau dalam bak semen kapasitas 200 m3 yang sekaligus berfungsi sebagai bak pemijahan.  Padat tebar induk 5 kg berat badan/m3.  Pakan yang diberikan berupa ikan segar (cumi-cumi + ikan segar + daging kerangan).  Selama pemeliharaan, takaran pakan yang diberikan sebesar 2-3 % dari total berat badan ikan per dua hari sekali.  Vitamin E dan multivitamin diberikan sebanyak 10 mg/kg berat badan/minggu.  Untuk mempercepat pematangan gonad, induk diberikan hormone LHRHa secara implant dengan dosis 10-20 um/kg berat badan/2 bulan sekali.

SELEKSI INDUK
Kematangan kelamin induk jantan Kerapu Kertang dapat diketahui dengan cara mengurut bagian perut ikan (striping).  Sperma ikan siap pijah berwarna putih susu kental.  Kematangan gonad induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukan selang plastic ke dalam lubang kelamin ikan kemudian dihisap.  Telur siap dipijahkan berdiameter > 450 mikron.
  
PEMIJAHAN
Pemijahan menggunakan bak semen volume 200 m3 dengan perbandingan berat jantan dan betina 1:1.  Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan yaitu dengan rangsangan suhu.  Media pemeliharaan dikurangi sampai ketinggian 60-75 cm pada pagi hari dan dibiarkan terkena sinar matahari kemudian dinaikan kembali seperti semuala pada sore harinya.  Fluktuasi suhu air yang terjadi akan merangsang induk u tuk memijah.  Pemijahan induk Kerapa Kertang mengikuti fase peredaran bulan yang biasanya terjadi pada awal bulan baru atau bulan purnama.  Pemijahan umumnya terjadi pada pukul 24.00 – 07.00.
  
PENETASAN TELUR

Telur yang dibuahi akan mengapung di permukaan air dan berwarna transparan, dengan diameter 800-900 mikron.  Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan system air mengalir.  Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dengan larutan iodine 3 ppm.  Kepadatan telur dalam wadah penetasan + 1000 telur/liter.  Telur akan menetas dalam waktu 16-18 jam setelah pembuahan pada suhu 28-30 0C dan salinitas 30-32 ppt.  larva yang baru menetas segera dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan.

Selasa, 08 Agustus 2017

BUDIDAYA BELUT

  1. Perlengkapan

    Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut: Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
ü Paralon
ü Kawat Kasa
ü Tandon sebagai penampung air
ü Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.

  1. Persiapan dan Teknik Budidaya Belut
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
ü Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas. Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
ü  Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
   ü Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan           penampungan limbah pembuangan.
   ü Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung             ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan             bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.

B. Media Tanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 
ü Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
ü Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
ü Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
ü Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.

C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
ü  Jerami padi (40 persen)
ü  Pupuk Kandang (30 persen)
  • Bekatul (20 persen)
ü  Potongan batang pisang (10 persen)

Bahan dan campurannya terdiri atas
EM4
ü  Air Sumur
ü  Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:
Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
ü  Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
ü  Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
ü  Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar tidak membusuk.

D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi

Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
ü  Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup.
ü  Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
ü  Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil.
ü  Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
ü  Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.

E. Masukkan bibit belut

Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.

3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.

b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.

c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.

d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.

e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.

4. Pemanenan

Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.