Budidaya ikan baik ikan air tawar, payau maupun laut sering mengalami
hambatan berupa penyakit terutama penyakit infeksius yang disebabkan
oleh patogen baik berupa parasit, cendawan, bakteri, dan virus. Salah
satu langkah yang dipandang cukup efisien dalam mencegah terjadinya
penyakit ini adalah melalui vaksinasi. Organisme yang divaksin termasuk
ikan akan memberikan respons kekebalan setelah divaksin, respons
kekebalan ini yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk mencegah
terjadinya infeksi patogen yang dapat menyebabkan ikan mengalami sakit.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respon kekebalan tubuh pada
ikan antara lain: suhu, kondisi stress, keseimbangan nutrisi, pollutan,
mikro-nutrien, dan unsur-unsur immunomodulator. sangat jelas bahwa
kekebalan tubuh sangat beragam, dan beberapa diantaranya bersifat
alamiah sehingga relatif sulit untuk dikendalikan.
Suhu
Ikan merupakan hewan poikilotermik. Proses fisiologi yang terjadi dalam
tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh suhu
lingkungannya. Sebagian besar mekanisme pertahanan tubuh adalah sangat
bergantung pada suhu (temperature-dependent), dan berkembang lebih cepat
pada suhu lingkungan yang optimal untuk organsime bersangkutan. Suhu
rendah diketahui sebagai faktor pembatas dalam proses metabolisme
organisme, termasuk proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu
yang terlalu tinggi juga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh
(immunosupressive).
Proses reaksi antigen-antibodi yang dimulai dengan cellular
co-operation antara sel makrofag dengan sel limfosit adalah sangat
dipengaruhi oleh suhu (temperature-sensitive). Fungsi normal sel
limfosit ikan sangat tergantung pada adaptasi homoviscous dari kondisi
lipid membrane sel. Komposisi asam lemak dan suhu lingkungan merupakan
faktor yang akan sangat berpengaruh terhadap “fluidity” dan
permeabilitas membrane sel, dan juga terhadap aktivitas antara
membrane-associated receptors dengan enzyme. Beberapa hasil kajian juga
telah membuktikan bahwa respon kekebalan tubuh (CMI dan humoral) ikan
berlangsung relative lambat pada suhu rendah.
Kondisi stress
Stress sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ikan. Stress
dapat disebabkan oleh faktor biologis, kimiawi maupun fisik.
Imunodepresi diketahui sebagai faktor sekunder yang berpengaruh terhadap
respon suatu organsime terhadap stress. Banyak hal dalam proses
produksi ikan yang dapat mengakibatkan stress seperti transportasi,
kepadatan, penanganan/sorting, dan kualitas air yang buruk dapat
mengakibatkan respon stress terhadap ikan. Apabila terjadi stress, ikan
akan bereaksi dengan mensekresi hormon stress (corticosteroids) dalam
jumlah yang cukup tinggi, dan hormon tersebut diketahui sebagai unsur
immunosuppresive. Hormon glukokortikoid menghambat kerja interleukin
yang sangat berperan dalam proses pematangan sel B menjadi sel plasma
penghasil antibodi. Respon stress akan diikuti dengan penurunan kadar
limfosit dalam darah, dan juga di dalam organ-organ limfoid.
Beberapa respon (stress alarms) yang terjadi apabila ikan mengalami tekanan:
- Peningkatan gula darah akibat sekresi hormon dari kelenjar
adrenalin. Persediaan gula, seperti glycogen dalam hati dimetabolisme
sebagai persediaan energi untuk emergensi.
- Osmoregulasi kacau akibat perubahan metabolisme mineral. Pada
kondisi tersebut, ikan air tawar cenderung mengabsorbsi air dari
lingkungan (over-hydrate). Ikan air laut cenderung kehilangan air dari
dalam tubuh (dehydrate). Kondisi ini perlu energi ekstra untuk
memelihara keseimbangan osmoregulasi.
- Pernafasan meningkat, tensi darah meningkat, dan persediaan sel darah merah direlease ke sistem resirkulasi.
- Respon inflamasi ditekan oleh hormon yang dikeluarkan dari kelenjar adrenalin.
Dari beberapa respon fisiologis tersebut di atas, sehingga akan
sangat jelas bahwa kondisi stress sangat berpengaruh terhadap respon
kekebalan pada tubuh ikan, pengaruh langsung yang terjadi antara lain:
- Stress mengakibatkan perubahan kimiawi pada mukus yang berakibat
menurunnya efektivitas pertahanan kimiawi terhadap infeksi patogen.
- Handling stress menyebabkan mukus terlepas dari tubuh ikan, sehingga
menurunkan kemampuan proteksi kimiawi, fungsi osmoregulasi (pada saat
yang sama sangat dibutuhkan), menurunkan potensi pelumasan sehingga ikan
perlu energi lebih banyak untuk berenang, dan mengacaukan pertahanan
fisik terhadap infeksi patogen.
- Chemical stress (i.e. Pengobatan penyakit ikan) sering merusak mukus
yang berakibat hilangnya pertahanan kimiawi mukus, menurunnya fungsi
osmoregulasi, fungsi pelumasan, dan pertahanan fisik mukus.
Polutan dan logam berat
Unsur-unsur polutan dan logam berat diketahui memiliki potensi yang
besar terhadap sistem kekebalan tubuh, dengan akibat yang sangat
variatif tergantung pada jenis (kualitas) dan kuantitas dari polutan
atau logam berat tersebut. Obat-obatan atau bahan kimia/antibiotik juga
dapat berperan sebagai unsur immunosupressive.
Jenis bahan kimia tertentu (pestisida, insektisida, pollutan limbah
industri, limbah rumah tangga, dll.) dapat menyebabkan ikan sakit dengan
berbagai kondisi. Kolam-kolam ikan di daerah dataran rendah, umumnya
memperoleh sumber air dari aliran sungai yang melewati daerah pemukiman,
daerah industri atau pertanian. Sebelum masuk ke kolam budidaya, air
tersebut membawa segala limbah eksternal yang terkandung di dalamnya.
Limbah tersebut dapat berupa padatan terlarut hasil pengikisan/erosi
tanah permukaan akibat pengelolaan lahan yang kurang baik atau
unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi kehidupan ikan, terutama logam
berat.
Logam berat yang cukup berbahaya bagi kehidupan ikan karena sifat
toksisitasnya, berturut-turut antara lain meliputi: Hg, Cd, Cu, Zn, Ni,
Pb, Cr, Al dan Co. Sifat racun dari masing-masing logam berat tersebut
dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari
jenis-jenis ion yang sinergetik, dan sebaliknya melemah apabila
kandungan ion-ion tersebut bersifat antagonistik. Nilai pH air juga
berpengaruh pada tingkat kelarutan ion-ion logam, umumnya tingkat
kelarutan dan aktivitas ion logam akan meningkat pada pH air yang
rendah. Sebagai gambaran, pengaruh unsur Hg terhadap ikan dapat meracuni
sistem syaraf ikan; dan unsur Cd bersifat cyto-toksikan terhadap
jaringan insang ikan.
Kontaminasi ringan unsur logam berat di lingkungan perairan akan
dideposit oleh ikan-ikan induk kemudian dikonsentrasikan dalam minyak
yang tersimpan dalam telur-telur mereka. Kontaminasi demikian pada
akhirnya akan mematikan telur-telur tersebut pada saat berkembang
sebelum menjadi larva, dan lain-lain.
Selain limbah ekternal, limbah internal yang berasal dari aktivitas
budidaya juga merupakan agen kemikal yang sering menjadi sumber masalah,
seperti CO2, NH3, H2S, dll. Pada level konsentrasi tertentu,
unsur-unsur tersebut akan menjadi pemicu stress; dan apabila terus
meningkat dapat mengakibatkan kematian ikan. Keseluruhan dari unsur
polutan dan logam berat tersebut akan berpengaruh terhadap efektivitas
sistem kekebalan tubuh ikan.
Keseimbangan nutrisi
Kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas) sesuai dengan kebutuhan
optimal ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan.
Kondisi ini juga sangat nyata terhadap optimalisasi pertumbuhan serta
menjamin kualitas pangan asal ikan bagi kebutuhan konsumsi manusia.
Mikro nutrien
Anti oksidan seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan
unsur imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, dll.;
dimana materi biologis tersebut telah terbukti dapat meningkatkan daya
tahan tubuh ikan terutama sistem pertahanan non-spesifik (cellular
immunity). Unsur-unsur imunostimulan tersebut telah terbukti sangat
potensial sebagai unsur yang memiliki pengaruh sangat baik
(immunomodulatory) terhadap sistem kekebalan tubuh ikan apabila
diberikan pada dosis yang tepat dan berkelanjutan. Kandungan unsur
karotin dalam diet pakan ikan juga menunjukkan pengaruh yang baik
terhadap status kesehatan ikan, terutama ikan-ikan berpigmen.
Immunomodulators
Adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan antigen untuk
keperluan vaksinasi akan meningkatkan efektivitas vaksin (meningkatkan
level respon kekebalan spesifik), dan juga dapat melipatgandakan
produksi sel-sel fungsional yang berperan dalam sistem kekebalan
non-spesifik. Umumnya unsur adjuvant berperan sebagai materi yang dapat
memperlambat proses pelepasan antigen, sehingga antigen akan kontak
lebih lama dengan sel makrofag dan limfosit; sehingga akan meningkatkan
kualitas respon kekebalan spesifik (antibodi) yang dihasilkannya.
Prinsip pemberian unsur adjuvan ke dalam vaksin adalah untuk tujuan
tersebut.
Seperti halnya mikro-nutrient, beberapa unsur yang bersifat
immunostimulator seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan
unsur imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, muramil
peptida, lipopolisakarida, dll. juga telah terbukti sangat bermanfaat
sebagai unsur imunomodulator; terutama sistem pertahanan non-spesifik.
Sumber :
http://www.bibitikan.net/faktor-yang-mempengaruhi-immunitas-kekebalan-tubuh-ikan/