Kamis, 27 Februari 2014

Jaring Insang 1 Lembar

Pendahuluan
Jaring insang satu lembar atau disebut juga dengan gillnet adalah jaring yang konstruksinya terdiri dari hanya satu lembar jaring. Besar mata jaring semuanya sama, pada bagian atasnya dilengkapi dengan pelampung dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat. Jenis jaring ini ada yang dipasang di dasar perairan atau di permukaan perairan.

Penangkapan kepiting (Rajungan)
Alat tangkap yang cocok untuk menangkap jenis-jenis kepiting yang ada di perairan pantai adalah alat tangkap yang disebut dengan Jaring insang satu lembar (jaring kejer) atau dalam bahasa asingnya disebut dengan ‘gillnet’.

Konstruksi jaring
Konstruksi dari jaring kejer terdiri dari hanya satu lembar jaring (badan jairing) di mana ukuran matanya adalah sama, Pada bagian atas dilengkapi dengan beberapa pelampung dan pada bagian bawah dilengkapi dengan pemberat.

Badan jaring
Bahan PA Monofilament d. 0.2 mm, besar mata jaring (mesh size) 8.89 cm (3.5 inci), jumlah mata ke arah tinggi jaring 6-7 mata dan jumlah mata dalam satu meter ke arah panjang jaring 16.5 mata/meter.

Panjang jaring
Panjang jaring dalam satu tingting (piece) untuk bagian tali ris atas adalah 40-50 m dan untuk bagian tali ris bawah adalah 42-52 m.

Metode pengoperasian
Jumlah piece disesuaikan dengan besar kapal, modal dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya, tetapi umumnya memakai 10-20 piece. Pemasangan jaring (setting) dilakukan setelah matahari terbenam dengan cara diset menetap di dasar perairan selama 10-12 jam.

Daerah penangkapan
Daerah penangkapan terbaik adalah di daerah penangkapan yang sebelumnya sudah diketahui adanya keberadaan kepiting (rajungan).
Biasanya di perairan yang dangkal (5 10 m), datar dengan dasar perairan lumpur bercampur pasir. Sangat cocok di perairan yang berdekatan dengan muara sungai atau perairan yang di sekitarnya banyak ditumbuhi pohon rnangrup (mangrove).

Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat yang bersih.

Sumber :
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9

Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Senin, 24 Februari 2014

Jaring Insang Giring

Pendahuluan
Jaring insang giring (Frightening gillnet or Drive gilinet) adalah salah satu jenis dari jaring insang yang cara pengoperasiannya dilakukan dengan cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan.

Konstruksi
Bahan jaring ada yang terbuat dari nylon, amilan atau bahan sintetis lainnya, ukuran mata jaring berkisar antara 1 s/d 2 inchi, no. benang 2100/6 s/d 8.

Metode operasi
Metode pengoperasian jaring insang giring adalah dengan cara membentangkan atau melingkarkan jaring dalam bentuk lengkung, setengah lingkaran, lurus atau membuat sudut terhadap arus di perairan yang diperkirakan ada ikan, selanjutnya untuk mempercepat proses penangkapan, ikan digiring dari hilir arus atau digiring dari depan dengan cara memukul-mukul perairan atau memukul-mukul bagian kapal agar ikan cepat memasuki mata jaring atau terjerat pada jaring.

Jenis hasil tangkapan
Ikan-ikan yang beruaya ke perairan pantai.
Perahu dan nelayan
Perahu yang digunakan bisa perahu tanpa motor, perahu motor tempel atau perahu motor, jumlah nelayan bisa 1 orang 2 sampai 3 orang.
Musim penangkapan
Musim penangkapan umumnya dilakukan sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat beroperasinya jaring insang Iingkar adalah perairan yang sebelumnya sudah diperkirakan banyak dihuni ikan, Kedalaman antara 2-6 m dengan dasar perairan berpasir, berlumpur atau pasir berlumpur.

Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan, kemudian dikeringkan dengan cara digantungkan di tempat yang tidak kena sinar matahari langsung.
 

Sumber :
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9

Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Bubu Kepiting dan Udang Laut Dalam

Pendahuluan
Di negara yang sudah maju sistem perikanannya seperti di Jepang, penangkapan kepiting, udang atau ikan dengan bubu di laut dalam (200 – 600 m) selain banyak dilakukan oleh nelayan secara individu (usaha rumah tangga) ada juga yang dilakukan oleh perusahaan perikanan dengan skala besar dan bahkan ada juga dengan sistim perikanan perahu induk. Peralatan yang dipakai semuanya memakai peralatan modem.  Sebagai gainbaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu kepiting atau bubu udang laut dalam yang mungkin dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan usaha penangkapan.

Konstruksi
Rangka bubu untuk bubu kepiting, keseluruhannya memakai rangka dari besi behel 0.8 cm sedangkan untuk bubu udang rangka bagian bawahnya saja yang memakai besi behel 0.8 cm sedangkan bagian atasnya memakai badan jaring untuk keduanya memakai jaring sintetis multifilamen mesh size 2.0 inchi untuk bubu kepiting dan 0.5 inchi untuk bubu kantung umpan untuk keduanya memakai bahan kawat kasa.
Ukuran bubu untuk bubu kepiting, bagian bawahnya berdiameter 70.0 - 80.0 cm bagian atas 50.0-60.0 cm dan tinggi 60.0-70.0 cm, sedangkan pintu masuknya berdiameter 25.0 - 30.0 cm. Untuk bubu udang bagian bawahnya 60.-70.0cm, bagian atas 40.0-50.0 cm dan tinggi 50.0-60.0 cm.  Sedangkan pintu masuk berdiameter 15.0-25.0 cm. Tali pelampung, tali utama dan tali pemberat semuanya memakai tambang yang disebut dengan tros (nama dagang dari tali yang dijual untuk kebutuhan perikanan dan kelautan) berdiameter 2.0 cm dengan panjang 8.000-10.000 m, sedangkan tali cabangnya memakai tambang berdiameter 1.0 cm.

Metode operasi
Metode operasi dimulal dari persiapan semua kebutuhan yang diperlukan, kemudian pemasangan pemberat pada tali utama, penyambungan tali temali dan pemasangan pelampung tanda di kedua  ujung tali utama. Setelah semua persiapan dilakukan, kemudian perahu menuju ke daerah penangkapan terpilih. Sambil menuju ke daerah penangkapan, dilakukan pengisian umpan ke dalam kantung umpan. Setelah sampai di daerah penangkapan, pelampung tanda, pemberat, bubu, pemberat dan pelampung tanda diturunkan.

Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai menjadi satu set. Satu set bubu biasanya terdiri dari 400 - 500 bubu dengan jarak satu bubu dan bubu lainnya antara 10-15 m. Lama perendaman bubu biasanya antara 3- 4 hari. Untuk nelayan yang biasa merendam bubunya selama 3 hari maka banyaknya bubu yang dioperasikan jumlahnya sebanyak 4 set (4 x 400-500 bubu). Pada waktu memulai operasi penangkapan, selama tiga hari berturut - turut, nelayan hanya melakukan setting, tiap kali setting dipasang 1 set, kemudian setelah melakukan setting di hari ke 4 dilanjutkan dengan hauling bubu yang dipasang dihari pertama. Setelah melakukan hauling kemudian umpan diganti, bubu yang rusak diganti kemudian dilakukan setting kembali, begitu seterusnya dan dilakukan sepanjang tahun. Konstruksi dan metode pengoperasian yang dioperasikan di perairan laut dalam pada kedalaman 200-600 m.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai line hauler.
Jenis hasil tangkapan
Untuk bubu kepiting hampir 100% hasil tangkapannya kepiting, sedangkan untuk bubu udang hasil tangkapannya udang dan ikan dasar.
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu kepiting dan bubu udang laut dalam dapat dilakukan dengan menggunakan perahu ukuran 30-90 GT yang dilengkapi dengan line hauler, kompas, SSB dan GPS. Banyaknya nelayan dalam satu kali operasi berjumlah antara 3-5 orang.
Umpan
Umpan yang dipakai adalah ikan rucah yang dimasukkan ke dalam kantung umpan yang terbuat dari kawat kasa.
Musim penangkapan
Sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Laut dalam dengan kedalaman mulai dari 200 sampai 600 m.

Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan dengan air tawar, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.

Sumber :
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9

Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Jumat, 14 Februari 2014

BUBU IKAN DEMERSAL

Pendahuluan
lkan demersal yang banyak hidup tersebar di hampir seluruh perairan Indonesia pada umumnya ditangkap dengan menggunakan pancing ulur dan masih sedikit yang menggunakan bubu. Khusus nelayan yang berbasis di Juwana, pada umumnya banyak yang melakukan aktifitas penangkapan ikan demersal dengan bubu di perairan sekitar Pulau Karimunjawa. Penangkapan ikan demersal dengan menggunakan bubu sudah termasuk ke dalam skala usaha penangkapan menengah ke atas, untuk itu diperlukan modal yang besar untuk memulainya.
Sebagai gambaran, di bawah mi dijelaskan mengenai konstruksi, operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu demersal yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan usaha penangkapan dengan bubu demersal.

 Konstruksi
Rangka bubu terbuat dari bambu dan badan bubu terbuat dari anyaman kawat galvanis berdiameter 2 mm dengan mesh size 4 cm. Ukuran bubu ke bagian panjang 170 cm, ke bagian lebar 100 cm dan tinggi 60 cm. Ukurannya dapat berbeda antara nelayan satu dan nelayan lainnya meskipun masih dalam satu daerah.

Metode operasi
Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai. Satu untaian bubu biasanya hanya terdiri dari 7 buah bubu dengan jarak satu dan lainnya antara 20 - 30 m. Dalam satu kali operasi dapat  dipasang sebanyak 50-60 rangkaian bubu atau banyak sedikitnya tergantung kemampuan perahu, modal usaha dan kemampuan nelayan untuk mengoperasikannya. Perendaman bubu mulai dari 7-10 hari pengangkatan umumnya dilakukan dipagi hari dengan mempergunakan line hauler.

 Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai line hauler atau gardan yang dibuat dari besi.

Perahu dan nelayan Perahu dan nelayan
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu dapat dilakukan dengan menggunakan perahu ukuran 30-90 CT yang dilengkapi dengan line hauler, kompas, SSB dan OPS. Banyaknya nelayan dalam satu kali operasi berjumlah antara 5- 10 orang.

Musim penangkapan
Musim penangkapan umumnya dilakukan pada musim timur, tetapi pengoperasian bubu dapat dilakukan sepanjang tahun.

Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat beroperasinya bubu ikan demersal adalah perairan yang sebelumnya sudah diperkirakan banyak dihuni ikan demersal, Kedalaman antara 29-100 m dengan dasar perairan sedikit berkarang.

Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan dengan air tawar, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.

Jenis hasil tangkapan
Ikan demersal , kerapu, genot-gerot, hue, kurusi, cucut, kambing-kambing,

Umpan
Umpan yang dipakai biasanya adalah ikan rucah

Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko material.

Kisaran harga satuan peralatan
Perahu motor  Rp 30.000.000,- sd  Rp 100.000.000,-. Satu buah bubu dan tali teali Rp 25.000 sd Rp 50.000

Rabu, 12 Februari 2014

BUBU GURITA

PENDAHULUAN
Penangkapan gurita yang umum dilakukan di Indonesia biasanya hanya dilakukan dengan cara menggunakan tombak, yang dilakukan dengan cara sambil menyelam. Alat tangkap yang secara khusus digunakan untuk menangkap gurita boleh dikatakan masih belum ada. Sebagai gambaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi musim penangkapan dan daerah penangkapan dengan menggunakan Bubu Gurita, yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan usaha penangkapan dengan bubu gurita.

Konstruksi
Untuk bubu keramik, lebar mulut (pintu masuk) 15-25 cm, tinggi 30-40 cm, diameter bawah 15-20 cm dan berat antara 1-1.5 kg. Untuk bubu yang memakai  cangkang kerang, dapat memakai cangkang kerang dari jenis Scaparca Subcrenata, Rapana thomasiana yang ukuran panjangnya antara 15-20 cm atau jenis cangkang kerang lain dengan ukuran yang hampir sama. Tali pelampung, tali pemberat dan tali utama memakai tali berdiameter 15 mm sedangkan tali cabang berdiameter 10 mm. Jarak antara satu bubu dan bubu lainnya antara 8-12 m, panjang tali utama disesuaikan dengan banyak sedikitnya jumlah bubu yang digunakan, sedangkan untuk tali pelampung disesuaikan dengan kedalaman.

Metode operasi
Metode pengoperasian dari bubu gurita pada prinsipnya hampir sama dengan pengoperasian bubu lainnya hanya saja dalam pengoperasian bubu tidak memakai umpan. Lama perendaman tergantung nelayan yang mengoperasikannya sesuai dengan pengalaman tapi umumnya antara 2-3 hari. Pemasangan dan pengangkatan bubu dilakukan setiap hari di pagi hari.
Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu dengan lainnya antara 6-10 m. Dalam satu set bubu biasanya dipasang antara 20-30 buah bubu atau tergantung dari kapasitas perahu, bubu yang tersedia dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya.

Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dibuat dari bambu, kayu atau besi.

Jenis hasil tangkapan
Jenis gurita seperti Ocellated octopus, Octopus ocelatus, Octopus vulgaris dan jenis Octopus dofleini.

Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu dapat dilakukan dengan mernpergunakan perahu tanpa motor atau perahu motor tempel dengan jumlah nelayan berkisar antara 1-2 orang.

Umpan
Dalam pengoperasian bubu gurita tidak memakai umpan.

Musim penangkapan
Musim penangkapan disesuaikan dengan musim keberadaan gurita di daerah penangkapan masing-masing. Pada musim memijah, gurita akan lebih mudah untuk memasuki bubu daripada musim setelah memijah, gurita susah untuk memasuki bubu.

Daerah penangkapan
Daerah penangkapan adalah daerah penangkapan yang mempunyai dasar perairan lumpur berpasir, berarus kecil dengan kedalaman antara 5-40 m. Daerah penangkapan yang berarus cepat tidak cocok untuk pengoperasian bubu gurita.

Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat harus dilakukan secara rutin. Semakin bersih semakin mudah gurita untuk memasuki bubu.

Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu gurita bisa dicari di toko kelontong atau mencari cangkang kerang.

Kisaran harga satuan peralatan

Perahu tanpa motor / perahu motor tempel Rp. 2.000000,- s/d Rp.5,000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 5000,- s/d Rp. 10.000,-

Sumber : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil  Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Senin, 10 Februari 2014

Ikan Asin Cara Penggaraman Kering

1. PENDAHULUAN

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.
Tanda ikan yang sudah busuk:
ü  mata suram dan tenggelam;
ü  sisik suram dan mudah lepas;
ü  warna kulit suram dengan lendir tebal;
ü  insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
ü  dinding perut lembek;
ü  warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:
ü  daging kenyal;
ü  mata jernih menonjol;
ü  sisik kuat dan mengkilat;
ü  sirip kuat;
ü  warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
ü  insang berwarna merah;
 ü  dinding perut kuat;
ü  bau ikan segar.

    Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak.  Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.

Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwanikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari Negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.

Ikan asin adalah makanan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan.
Ada 3 cara pembuatan :
1).     Penggaraman kering dengan pengeringan;
2).    Penggaraman basah (perebusan dalam air garam) dengan pengneringan;
3).    Penggaraman yang dikombinasikan dengan peragian (pembuatan ikan peda).

2. BAHAN
1).   Ikan segar 10 gram
2).  Garam dapur 4 kg

3. ALAT
1).   Panci
2).  Bak penggaraman
3).  Tampah (nyiru)

 4. CARA PEMBUATAN
1).   Masukkan garam ke dalam 10 liter air;
2).  Masukan ikan , kemudian rebus selama 5~10 menit atau rendam selama 3~4 jam, dan tutup dengan diberi pemberat;
3).  Tiriskan sekitar 15 menit kemudian jemur sampai kering (3 hari);
4).  Biarkan beberapa saat (angin-anginkan) kemudian kemas dalam kantong.

DAFTAR PUSTAKA
ü  Pembuatan ikan asin. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
ü  Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian, 1982. Publikasi No. 4.

ü  Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1979.