Rabu, 08 November 2017

Pakan Hijauan Alternatif Untuk Gurame

Pendahuluan

Gurame identik dengan daun sente. Di mana ada kolam gurame, maka di situ pasti ada tanaman sente. Pembudidaya yakin Alokasia macrorrhizos itu merupakan pakan wajib gurame. Bisakah fungsinya digantikan dengan tanaman lain?
Jamak bagi pembudidaya gurame untuk menanam sente 2-3 bulan sebelum menebar benih gurame. Daun kerabat keladi itu merupakan pakan utama gurame. Pembudidaya gurame mewajibkan sente sebagai pakan utama dalam pembesaran gurame. Menurut informasi yang mereka ketahui, bahwa daun sente kaya serat yang dapat memperlancar proses pencernaan gurame.

Pemberian Tanaman Sente

Tanaman sente memiliki kandungan senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol yang terdapat pada tangkai dan daun sente. Kandungan senyawa tersebut dapat meningkatkan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit, terutama penyakit bisul dan mata belo.

Oleh karena itu, banyak pembudidaya yang mewajibkan pemberian pakan hijauan berupa tanaman sente. Pada saat pemberian sente ini sebaiknya dipisah antara daun dan tangkainya. Daun sente dapat diberikan secara langsung kepada ikan. Perlakuan pemberian tangkai terlebih dahulu diiris tipis agar tangkai dapat seluruhnya dimakan oleh gurame, mengingat cara makan gurame adalah menyabik makanannya.

Sente baik untuk diberikan sebagai pakan hijauan dan tambahan untuk menyiasati harga pakan pabrik yang makin mahal, tapi bukan yang utama. Apalagi kini sente makin sulit didapat. Para pembudidaya harus membeli daun sente dengan harga Rp250/lembar. Untuk 1.000 ekor gurame saja diperlukan sedikitnya 10 lembar daun sente. Oleh karena itu, masih ada tanaman lain yang bisa dijadikan pakan hijauan untuk gurame.
  
Pakan Hijauan Alternatif  

Banyak pembudidaya gurame memberikan daun pepaya sebagai pakan hijauan pada gurame. Padahal daun pepaya tidak disarankan, karena kandungan getah papain tinggi yang dapat merusak kualitas air. Pakan hijauan selain sente yang dapat diberikan pada gurame adalah :

a. Caisin
Pemberian caisin pada gurame tidak kalah dengan pemberian sente. Kesehatan gurame tetap terjaga dan pertumbuhan gurame tetap dapat tumbuh dengan baik. Jika dibandingkan harganya, harga caisin lebih terjangkau daripada harga sente.

b. Kangkung darat
Kangkung darat dapat ditanam pada pinggir kolam. Bahkan kangkung darat banyak ditemukan karena dapat tumbuh secara alami dengan sendirinya di pinggir kolam. Keuntungan menanam kangkung darat ini karena pertumbuhannya lebih cepat tumbuh daripada sente. Jika sente butuh tempat sedikit terlindung dan kelembapan tinggi untuk dapat tumbuh, kangkung darat adaptif di lingkungan tanpa naungan.
  
c. Kimpul atau talas
Kimpul atau talas (Xanthosoma violaceum) juga baik bagi gurame. Namun, lantaran bergetah, pembudidaya gurame sebaiknya melayukan daun kimpul sebelum memberikannya pada gurame. Apa pun jenis dedaunan yang diberikan sebagai pakan hijauan, sebaiknya masih muda dan mudah dicerna. Pun, pemberian dedaunan itu sebaiknya tidak lebih dari 2% dari bobot tubuh per hari.

Rabu, 11 Oktober 2017

ANEKA OLAHAN RUMPUT LAUT

PENDAHULUAN
Potensi kelautan dan perikanan Indonesia sangat besar, salahsatunya berdasarkan potensi yang ada Indonesia sebagai Negara penghasil rumput laut terbesar di dunia.
Rumput laut mempunyai peranan penting dalam perdagangan dunia karena digunakan sebagai bahan tambahan makanan, minuman, sarana kebersihan (pasta gigi dan sabun) bahan baku obat-obatan sampai dengan kosmetik.  Namun rumputlaut belum banyak dimanfaatkan secara langsung menjadi olahan karena sebagian besar masih di ekspor dalam bentuk kering.  Sehingga dibutuhkan suatu teknologi sederhana sebagai bahan baku industry yang dapat memberikan nilai tambah yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan/pembudidaya rumput laut.
Teknologi sederhana yang dapat diterapkan oleh masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan/pembudidaya rumput laut adalah dengan aneka olahan yang bahan dasarnya rumput laut, beberapa diantaranya yaitu : 
1.      Dodol rumput laut
2.      Manisan rumput laut
3.      Permen rumput laut

1.    DODOL RUMPUT LAUT
      Bahan yang digunakan untuk membuat dodol rumput laut adalah :
No.
Bahan
Takaran (gr)
1
Rumputlaut basah
2.500
2
Tepung ketan
500
3
Santan
400
4
Gula pasir
2.500
5
Garam
15
6
Air  (ml)
2.500
7
Pasta pandan
10
8
Pewarna
15
9
Na Benzoat
3

Langkah pembuatan dodol rumput laut :
a.     Rumput laut basah ditimbang sesuai resep dan dipotong kecil-kecil lalu di blender dengan perbandingan air dan rumputlaut 0,5 : 1 sampai halus sisihkan;
b.     Encerkan santan dengan perbandingan 1;1, rebus di wajan sampai mendidih;
c.     Tambahkan gula pasir dan aduk hingga larut;
d.     Tambahkan secara perlahan bubur rumputlaut halus, aduk hingga larut;
e.     Encerkan tepung ketan dengan sisa air yang ada;
f.        Tambahkan dalam adonan dan aduk hingga homogen;
g.     Tambahkan pewarna makanan sesuai selera dan pasta pandan;
h.      Lanjutkan pemakaian sampai homogen
(2 jam);
i.         Angkat dari wajan, tuang dalam Loyang, diamkan hingga dingin, potong-potong dengan ukuran 4 x 1,5 x 1,5 cm atau sesuai selera;
j.         Keringkan pada suhu 450 – 500 selama 4-5 jam;
k.      Dodol rumput laut siap di kemas.


2.    MANISAN RUMPUT LAUT
      Bahan yang digunakan untuk membuat manisan rumput laut adalah :
No.
Bahan
Takaran (gr)
1
Rumputlaut basah
1.000
2
Air tawar (ml)
500
3
Gula pasir
1.000
4
Asam sitrat
10
5
Essen (perisa buah)
5
6
Pewarna makanan
Sesuai selera

Langkah-langkah pembuatan manisan rumput laut :
a.     Cuci bersih rumput laut kering bersih dan rendam dengan air selama 4 jam (sampai mengembang dan bau amisnya hilang), kemudian bilas dengan air tawar beberapa kali dan tiriskan;
b.     Rumput laut dipotong kecil-kecil + 0,5 cm sisihkan;
c.     Rebus 500 ml air sampai mendidih dan masukan potongan rumput laut, aduk hingga rumput laut lunak dan kental;
d.     Tambahkan gula pasir dan aduk hingga rata dan mengental;
e.     Tambahkan asam sitrat aduk hingga rata;
f.        Angkat dari kompor dan bentuk bulat-bulat sebesar kelereng;
g.     Jemur sampai kering + 2 hari, biarkan dingin;
h.      Taburkan gula pasir dan siap di kemas.

3.    Permen rumput laut
Bahan yang digunakan untuk membuat permen rumput laut adalah :
No.
Bahan
Takaran (gr)
1
Rumputlaut basah
200
2
Air tawar (ml)
400
3
Gula pasir
200
4
Asam Sitrat
2
5
Essen (perisa buah)
Secukupnya
6
Pewarna makanan
Sesuai selera
7
Sirup glukosa (ml)
400

Langkah-langkah pembuatan permen rumput laut :
a.  Rumput laut basah ditimbang sesuai resep dan dipotong kecil-kecil lalu di  blender dengan air yang tersedia;
b.  Rebus bubur rumput laut sampai kental dan berkurang volumenya sampai setengahnya, tambahkan gula pasir dan sirup glukosa, aduk hingga rata dan kentalkan lagi sampai setengah volumenya.  Untuk mengecek tingkat kekentalan, bisa diambil 1 sendok dan dimasukan dalam air dingin, jika sudah menjendal pemanasan bisa diakhiri;
c.  Angkat adonan dari atas kompor, biarkan hingga uap panasnya hilang,  kemudian tambahkan asam sitrat, essen dan pewarna, aduk hingga rata;
d.  Tuangkan adonan selagi panas dalam cetakan/Loyang alumunium, biarkan sampai dingin, potong-potong sesuai selera dan keringkan pada suhu 500C selama 8-10 jam;

e.     Permen jelly siap dikemas dan dinikmati.

Sabtu, 23 September 2017

CARA BUDIDAYA ARTEMIA SECARA MONOKULTUR

PENDAHULUAN

Pada dasarnya sistem budi daya artemia secara monokultur tidak berbeda  dengan  sistem  tumpang  sari.  Sistem budi  daya  ini merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan oleh petani apabila harga artemia, baik dalam bentuk kista maupun flake, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan garam.  Perbedaan yang mencolok pada kedua sistem tersebut hanya terletak  pada  desain  dan  konstruksi  tambak.  Apabila  pada  system tumpang sari ada petakan kristalisasi maka pada sistem monokultur ini petakan  itu  ditiadakan.  Keuntungannya  ialah  petakan untuk  pemeliharaan menjadi lebih luas sehingga produksi artemia diharapkan lebih tinggi dibandingkan sistem tumpang sari.  

1.      Budi daya artemia dengan sistem  bak
Pembudidayaan artemia dengan menggunakan bak merupakan teknik budi daya yang cukup intensif. Keunggulan sistem ini adalah proses budi daya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama oleh air hujan. Pembudidayaan sistem ini bertujuan untuk kultur massal dengan pemanenan berkala.  Dalam sistem bak ini, kendala yang dihadapi adalah biaya pengadaan bak relatif mahal dan dalam pemeliharaannya memerlukan kontrol yang jauh lebih intensif.  Berdasarkan cara pengaliran air, teknik budi daya ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu teknik yang menggunakan system air mengalir  (flow through system)  dan  sistem  air  berputar  (race  way system).

a.  Persiapan Bak Pemeliharaan                                             
Ukuran bak yang digunakan dapat bervariasi, Pemeliharaan yang menggunakan sistem air berputar pada umumnya  menggunakan bak dengan bobot isi 2 – 5 ton, sedangkan untuk sistem  air mengalir menggunakan bak dengan bobot isi 30 - 40 ton. Untuk bahan pembuatan bak dapat digunakan kayu, semen (beton), atau fiberglass. Konstruksi bak dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan perputaran air secara penuh. Bentuk bak dapat dibuat bulat atau segi empat dengan sudut-sudut yang dibuat melengkung. Untuk membuat terjadinya perputaran air maka digunakan air water lift yang ditempatkan atau dipasang membujur pada dinding bak. Pakan yang telah mengendap dikeluarkan dengan menggunakan saringan. Saringan yang dipasang di dalam bak berukuran 150 - 450 mikron dimaksukkan untuk memisahkan artemia dari sisa-sisa pakan yang akan mengendap. Saringan berikutnya yang berupa bak atau kotak (plote separator) dipasang di luar bak pemeliharaan. Fungsinya sebagai tempat untuk mengendapkan sisa-sisa makanan yang dikeluarkan dari bak tersebut.

b.  Salinitas air media dan  kepadatan  artemia
Apabila bak pemeliharaan artemia telah siap maka air dimasukkan ke dalam bak dengan kedalaman 80 - 100 cm. Penebaran nauplii sebaiknya dilakukan pada sore hari. Tingkat salinitas air media diatur  berdasarkan  tujuan  pemeliharaan  artemia.  Apabila  pemeliharaan artemia bertujuan untuk menghasilkan biomassa maka tingkat salinitas diatur sekitar 30 ppt. Akan tetapi, jika pemeliharaan artemia bertujuan untuk menghasilkan kista maka salinitas media harus dibuat paling tidak 120 ppt.  Untuk mempertahankan pH pada kisaran 7,5 - 8,5 dapat ditamibahkan NaHCO, (natrium bikarbonat) secukupnya.  Dengan pemeliharaan sistem bak ini, tingkat kepadatan artemia pada tahap tanam dapat mencapai 20.000 nauplii per liter untuk sistem mengalir dan  1.000 - 3.000 nauplii per liter untuk sistem air berputar.

c.  Pemberian  pakan

Selama dalam pemeliharaan, artemia diberi makanan alami berupa plankton dan makanan tambahan. Kebutuhan makanan alami adalah sekitar 3 ember/hari, Hal yang harus diperhatikan ukuran pakan tidak boleh lebih dari 50 mikron. Selain itu, pakan yang diberikan harus memiliki kadar gizi yang baik.  Makanan diberikan melalui selang dengan volume tidak lebih dari satu liter dan diberikan secara periodik selang 3 jam sekali.  Jumlah    pakan    tambahan    yang    disiapkan    bergantung    dari    tingkat kepadatan alga dalam media pemeliharaan. Pakan tambahan ini dapat berubah status menjadi pakan utama. dapat digunakan jenis pakan dedak halus, tepung ikan, dan tepung terigu, Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan ini adalah ukuran butiran pakan tidak lebih dari 50 mikron. Untuk mencapa ukuran demikian, pakan perlu diblender selama 10-30 detik kemudian disaring dengan kain mori atau saringan dengan ukuran pori-pori 50 mikron. Setelah disaring, pakan tersebut baru diberikar pada artemia.

PEMBENIHAN IKAN GURAME

PENDAHULUAN
Ikan  gurami  merupakan   ikan   asli perairan Indonesia yang sudah menyebar  ke  wilayah  Asia  Tenggara  dan  Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara   taksonomi    termasuk    famiii Osphronemidae. Ikan  gurami  adalah salah  satu   komoditas   yang   banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan  permintaan   pasar   cukup tinggi,  pemeliharaan  mudah  serta  harga yang relative stabil.  Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat Jari-jari   lemah   pertama   sirip   perut merupakan benang panjang yang berfunqsi sebagai alat peraba.  Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat
III.  PEMBENIHAN
A.   Pemijahan
Ikan    gurami     dapat     memijah sepanjang tahun, namun produktifitasnya lebih   tinggi    terutama    pada    musim kemarau.   Adapun   hal   yang   perlu diperhatikan untuk pemijahan  ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan  kualitas  air  media  pemijahan. Betina dicirikan dari  bentuk kepala  dan rahang serta adanya  bintik hitam pada kelopak  sirip.     Induk  jantan  ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Ikan gurami memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas. Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m  dengan perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3 atau 1: 4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan  secara  berpasangan  (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1.500 sampai dengan 2.500 butir/kg induk.
Sarang diletakkan 1 s/d 2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 s/d  15  cm  dari  permukaan  air.  Sarang dipasang   mendatar   sejajar   dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat  bahan  sarang.  Tempat  bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan  lainnya  diatur  sedemikian  rupa sehingga  induk  ikan  mudah  mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang Pembuatan  sarang  dapat  berlangsung selama  1  sampai   dengan   2   minggu bergantung   pada   kondisi   induk   dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba  dan   menggoyangkan   sarang secara perlahan  atau  dengan  menusuk sarang   menggunakan    lidi/kawat    dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi  telur  ditandai  dengan   keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air. Sarang yang sudah berisi telur diangkat Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung    minyak,    telur    akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat diserap memakai kain. Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25 s/d 30° C, Nilai pH 6,5 s/d 8,0, aju pergantian air 10 s/d 15 % per hari dan ketinggian air kolam 40 s/d 60 cm.
B.  Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 s/d 5 butir/cm2 dengan  ketinggian air 15 s/d 20 cm.  Kepadatan  dihitung  per  satuan  luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media Penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk Kualitas air media  penetasan  yang  baik adalah suhu 29 s/d 30° C, nilai pH 6,7 s/d 8,6 dan bersumber dari air tanah.   Bila air sumber   mengandung    karbondioksida tinggi,  nilai  pH  rendah  atau  mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama  24 jam.  Telur akan menetas setelah 36 s/d 48 jam.
C.  Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium.  Bila penetasan    dilakukan    di    akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air     hanya      perlu      dilakukan       untuk membuang  minyak  bila  minyak  yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan  Faeces.  Pemeliharaan  larva  di  akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 s/d 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 s/d 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 s/d  30° C, nilai pH 6,5 s/d 8,0 dan ketinggian air 1.5 s/d 20 cm.
D.  Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan      benih      pada pendederan  I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.   Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi  pengolahan  tanah  dasar  kolam, pengeringan,   pengapuran,   pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan  tanah  dasar  kolam  dapat berupa  pembajakan,   peneplokan   dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2 s/d 5 hari (tergantung cuaca).
E.  Penyakit

Bila  teridentifikasi  ikan  terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam   500 s/d 1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oxytetracycline dengan dosis 5 s/d 10 mg/liter secara perendaman selama 24 jam.